Monday, April 16, 2018

Mazmur 73:1-17

Tetapi aku, sedikit lagi maka kakiku terpeleset, nyaris aku tergelincir. Pengalaman menunjukkan betapa kecilnya penghargaan kita akan pemeliharaan Allah. Kita tentu semuanya seetuju bahwa dunia diatur oleh tangan Allah. Tetapi jika kebenaran ini sungguh-sungguh berakar dalam hati kita, iman kita akan ditandai oleh ketetapan dan ketekunan yang jauh lebih besar dalam mengalahkan pencobaan yang menyerang kita dalam penderitaan. Tapi jika pencobaan terkecil yang kita temui, menyingkirkan doktrin ini dari pikiran kita, jelaslah kita belum sungguh-sungguh yakin akan kebenarannya.

Setan punya bermacam-macam alat untuk menyilaukan mata dan membingungkan pikiran kita. Kekacauan dalam dunia menghasilkan suatu kabut yang begitu tebal, sehingga kita sulit melihat menembusinya, dan kita sulit menyimpulkan, bahwa Allah memerintah dan memperhatikan hal-hal di dunia ini.

Ketika situasi demikian kacau, di mana kita temukan orang yang tidak pernah tergoda oleh pikiran kotor, bahwa perkara-perkara di dunia ini berputar secara acak, dan diatur oleh kebetulan? Khayalan kotor ini telah menguasai pikiran orang tak percaya sepenuhhya, orang-orang yang tidak dicerahkan oleh Roh Allah, dan karena itu tidak dipimpin untuk mengangkat pikiran mereka pada hidup yang kekal. Kita melihat alasan mengapa Salomo mengatakan, “segala sesuatu sama bagi sekalian; nasib orang sama: baik orang yang benar maupun orang yang fasik, orang yang baik maupun orang yang jahat,” yang menyebabkan hati anak-anak manusia penuh dengan kejahatan, ketidaksalehan dan kebencian kepada Allah (Pkh. 9:2-3). Alasannya adalah mereka tidak menganggap hal-hal yang kelihatannya kacau, ada di bawah pemerintahan dan pengaturan Allah.

Anak-anak Allah meletakkan beban mereka ke rangkulan Allah, sebelum pikiran-pikiran sesat dan layak dibenci ini memasuki hati mereka dalam-dalam. Mereka hanya ingin menerima penghakiman-Nya yang rahasia, yang alasannya tersembunyi bagi mereka.

Jika kita ingin mendapatkan manfaat yang benar dari merenungkan karya Allah, kita harus pertama-tama meminta-Nya membuka mata kita. Hanya orang bodoh yang menganggap mereka sanggup dari dirinya sendiri memiliki pandangan yang jelas, dan penghakiman yang menembusi segala sesuatu. Kedua, kita harus memberikan segala penghormatan selayaknya pada Firman-Nya, dengan menyerahkan otoritas yang memang adalah milik Firman tersebut.

No comments:

Post a Comment