Wednesday, May 9, 2018

Mazmur 81:14-17



Sekiranya umat-Ku mendengarkan Aku! Sekiranya Israel hidup menurut jalan yang Kutunjukkan! Seketika itu juga musuh mereka Aku tundukkan. Di sini Allah memakai karakter seorang ayah, yang telah mencoba segala cara yang mungkin untuk pemulihan anak-anaknya, namun menyadari keadaan mereka sungguh tanpa harapan. Ia memakai bahasa orang yang bersedih hati, seperti dengan menghela nafas dan merintih; bukan karena Ia dikuasai emosi manusia, melainkan karena tidak ada cara lain untuk menggambarkan kebesaran cinta yang Ia miliki untuk kita.

Allah tidak mengecewakan siapapun, sebab Ia telah datang pada kita oleh Firman-Nya, dan memberikan undangan pada semua orang tanpa kecuali. Semua yang datang pada-Nya dengan tulus, diterima, dan mengalami bahwa panggilan mereka tidak sia-sia. Pada saat yang sama, kita harus menelusuri pembedaan ini sampai kepada sumbernya, yaitu rencana Allah yang memilih dengan tersembunyi: mengapa Firman masuk ke dalam hati sebagian orang, sementara yang lain hanya mendengar bunyinya saja. Namun tidak ada ketidakcocokkan dalam Ia mengeluhkan, seperti dengan air mata, kebodohan kita ketika kita tidak taat pada-Nya. Dalam undangan yang Ia berikan pada kita melalui Firman eksternal-Nya, Ia menunjukkan diri-Nya sebagai bapa. Jadi mengapa Ia tidak boleh berkeluh sebagai seorang bapa?

Dalam Yehezkiel 18:32, Ia dengan kebenaran yang paling tegas menyatakan, “Aku tidak berkenan pada kematian seseorang yang harus ditanggungnya,” asal saja kita mengartikan dengan memperhitungkan seluruh konteksnya dengan tulus. Allah tidak berkenan pada kematian seorang pendosa: Bagaimana? Sebab Ia ingin semua orang berbalik pada-Nya. Namun jelas sekali, bahwa manusia dari keinginan bebasnya sendiri tidak dapat berbalik pada Allah, sampai Ia mengubah hati batu mereka menjadi hati dari daging. Pengubahan ini, seperti kata Agustinus, adalah karya yang melampaui penciptaan sekalipun. Apa yang mencegah Allah membentuk hati manusia semua sama taatnya pada-Nya? Kita membutuhkan kerendahan hati dan kewarasan di sini, supaya kita jangan memaksa masuk dalam dekrit-Nya yang tak terpahami, melainkan tenang dan puas dengan wahyu yang Ia telah nyatakan mengenai kehendak-Nya dalam Firman.

Article by John Calvin
Translated by Tirza Rachmadi

No comments:

Post a Comment