Thursday, May 10, 2018

Mazmur 82:1-2


Allah berdiri dalam sidang ilahi, di antara para allah Ia menghakimi: Berapa lama lagi kamu menghakimi dengan lalim? Sangatlah tidak pantas bagi orang-orang yang Allah telah percayakan dengan pengaturan kesejahteraan seluruh rakyat, jika mereka tidak mengakui tujuan mereka mendapatkan tempat kehormatan tersebut, dan malah menghina segala prinsip kesamarataan serta memerintah dengan didikte oleh nafsu mereka yang tanpa kekang.

Begitu jatuh cintanya mereka pada diri mereka sendiri, sampai mengira seluruh dunia diciptakan hanya bagi mereka. Mereka juga berpikir, kedudukan mereka yang tinggi berarti mereka tidak perlu diatur oleh nasihat biasa. Kebodohan mereka lebih dari cukup untuk mendorong mereka dalam jalan mereka yang tanpa perhitungan, namun mereka masih juga mencari para penjilat untuk menghibur mereka dan bertepuk tangan bagi kejahatan-kejahatan mereka.

Untuk membetulkan kesombongan ini, Mazmur ini dibuka dengan menegaskan, meski manusia menduduki tahta dan kursi hakim, namun Allah tetap memegang jabatan sebagai penguasa tertinggi.

Bahkan, Allah telah membuat penyair kafir memberikan kesaksian akan kebenaran ini dalam puisi berikut:

“Raja-raja memerintah kawanan domba mereka;
Jove yang agung memerintah di atas para raja,
Ia melemparkan raksasa pemberontak dari atas;
Satu anggukan kepala-Nya, seluruh alam tunduk.”
(Horatii, Carm. Liber iii. Ode i. Diterjemahkan bebas dari terjemahan Boscawen)

Supaya para penguasa dunia ini tidak menganggap mereka lebih tinggi dari sebenarnya, sang nabi menegakkan sebuah takhta bagi Allah, yang dari atasnya Ia menghakimi mereka semua, dan menekan kesombongan mereka; suatu hal yang sangat diperlukan. Raja-raja mungkin mengakui, penobatan mereka adalah karena karunia Allah, dan menyembah-Nya dalam upacara keagamaan. Namun kebesaran mereka memabukkan mereka sehingga bersalah dengan mengeluarkan Allah dari perkumpulan mereka oleh khayalan kosong mereka. Mereka tidak tahan berada di bawah hukum dan akal sehat. Maka tujuan nabi adalah menghina kegilaan yang membelenggu para pangeran dunia ini, sampai mereka membuang Allah dari perkumpulan mereka.

Article by John Calvin
Translated by Tirza Rachmadi

No comments:

Post a Comment