Sunday, September 2, 2018

Mazmur 118:1-17


Pujilah TUHAN, hai segala bangsa. Oleh mulut sang nabi, Roh Kudus memerintahkan segala bangsa untuk merayakan puji-pujian bagi belas kasihan dan kesetiaan Allah. Dalam suratnya pada jemaat Roma, Paulus dengan tepat menilai hal ini sebagai nubuatan mengenai panggilan bagi seluruh dunia (15:11). Bagaimana orang tak beriman memenuhi kualifikasi untuk memuji Allah; orang-orang yang bukannya tanpa belas kasihan-Nya, tetapi tidak menyadarinya, dan tidak mengerti kebenaran-Nya? Tidak ada gunanya sang nabi menujukan kata-kata ini pada bangsa-bangsa kafir, kecuali mereka akan dikumpulkan dalam kesatuan iman dengan anak-anak Abraham.

Kasih dan kesetiaan TUHAN menyediakan bahan pujian bagi-Nya. Allah akan dipuji di segala tempat oleh bangsa-bangsa kafir, bukan sementara pengenalan akan-Nya masih terbatas pada sebagian kecil tanah Yehuda, melainkan karena pengenalan itu akan tersebar di seluruh dunia. Pertama, ia mengajak memuji Allah, karena kebaikan-Nya ditambahkan atau dikuatkan, sebagaimana artinya dalam bahasa Ibrani. Kedua, karena kesetiaan-Nya untuk selama-lamanya. Maka bagaimana mungkin, orang-orang yang melewatkan kebaikan-Nya dengan ketidakpekaan brutal, dan menutup telinga mereka terhadap doktrin surgawi, dapat merayakan pujian-Nya?

Kesetiaan Allah, dalam bagian ini, diperkenalkan sebagai kesaksian dari belas kasihan-Nya. Ia tetap setia, bahkan ketika Ia mengancam seluruh dunia dengan kehancuran dan keruntuhan. Namun sang nabi menempatkan kasih-Nya di urutan pertama, supaya kesetiaan dan kebenaran-Nya sebagai jaminan kebaikan-Nya sebagai Bapa kita, menghibur hati orang saleh. Kuasa dan keadilan-Nya sama layaknya menerima pujian. Tetapi manusia tidak akan pernah memuji Allah dengan tulus sampai mereka ditarik oleh cicipan kebaikan-Nya, sang nabi dengan tepat memilih kasih dan kebenaran Allah, yang membuka mulut manusia yang bisu.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

No comments:

Post a Comment