Wednesday, October 31, 2018

Mazmur 150


Pujilah Dia dengan tiupan sangkakala. Berbagai kata dalam bahasa Ibrani dipakai untuk menggambarkan alat-alat musik, hanya biarlah para pembaca mengingat bahwa berbagai jenis disebutkan di sini, yaitu yang dipergunakan dalam pengaturan hukum di Perjanjian Lama, untuk mengajarkan anak-anak Allah bahwa tidak mungkin seseorang terlalu rajin dalam mendedikasikan dirinya kepada pujian bagi Tuhan. Ia mau supaya mereka berusaha keras untuk membawa segala kemampuan mereka ke dalam pelayanan ini, dan sepenuhnya mengarahkan diri mereka padanya. Di bawah hukum, Allah memerintahkan keragaman lagu demikian, supaya Ia membawa manusia dari kesenangan kosong dan korup yang merupakan candu mereka, menuju kepada sukacita yang kudus dan bermanfaat. Natur kita yang korup memanjakan dirinya dengan kebebasan tanpa batas, banyak yang menciptakan berbagai metode pemuasan yang tak masuk akal, sementara kepuasan tertinggi mereka ada dalam menekan segala pemikiran tentang Allah. Disposisi atau kecenderungan ini hanya dapat dikoreksi dengan cara Allah meletakkan umat yang lemah dan bodoh ini di bawah banyak batasan, dan pelatihan yang terus-menerus. Maka ketika sang Pemazmur mendorong orang beriman untuk melimpahkan segala sukacita mereka dalam puji-pujian bagi Allah, ia menghitung satu persatu segala alat musik yang digunakan waktu itu, dan mengingatkan bahwa semua itu harus dikuduskan bagi ibadah kepada Allah.

Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN! Yang dimaksudkan di sini adalah manusia, karena meski manusia bernafas sama seperti hewan-hewan, tetapi berbeda sebagai mahluk hidup. Sebagaimana Pemazmur menujukan dorongannya pada umat yang mengenal upacara-upacara di bawah Taurat, sekarang ia berpaling pada manusia secara umum, menyiratkan bahwa suatu saat lagu-lagu yang sama, yang pada saat itu hanya terdengar di Yudea, akan bergema di setiap penjuru bumi. Dan dalam nubuatan ini kita dikumpulkan ke dalam simfonia yang sama dengan bangsa Yahudi, sehingga kita boleh menyembah Allah dengan korban pujian yang terus-menerus, sampai kita dikumpulkan masuk ke dalam kerajaan surga, di mana kita bersama malaikat pilihan menyanyikan haleluyah yang kekal.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

No comments:

Post a Comment