Tuesday, October 30, 2018

Mazmur 149


Biarlah pujian pengagungan Allah ada dalam kerongkongan mereka, dan pedang bermata dua di tangan mereka, untuk melakukan pembalasan terhadap bangsa-bangsa, untuk melaksanakan terhadap mereka hukuman seperti yang tertulis. Anak-anak Allah tidak boleh melaksanakan pembalasan kecuali ketika mereka dipanggil untuk itu. Segala penguasaan diri berakhir ketika manusia menyerahkan diri pada dorongan semangat mereka sendiri. Doktrin dalam bagian ini diaplikasikan dengan benar, bahwa pedang bermata dua yang disebutkan di sini memiliki aplikasi khusus bagi bangsa Yahudi, dan bukan bagi kita, yang tidak mendapatkan kuasa semacam ini, kecuali bagi para penguasa dan pemerintah yang diberikan pedang untuk menghukum segala kekerasan. Hal itu hanya berlaku bagi jabatan mereka. Bagi Gereja secara umum, pedang yang diletakkan dalam tangan kita adalah jenis yang lain, yaitu Firman dan Roh, supaya kita menyerahkan orang-orang, yang dahulu adalah musuh Allah, menjadi korban persembahan bagi-Nya, atau menyerahkan mereka kepada kebinasaan kekal, kecuali mereka bertobat (Ef. 6:17). Apa yang Yesaya nubuatkan mengenai Kristus, berlaku bagi semua yang adalah anggota tubuh-Nya: “Ia akan menghajar bumi dengan perkataannya seperti dengan tongkat, dan dengan nafas mulutnya ia akan membunuh orang fasik” (Yes. 11:4). Jika orang beriman dengan tenang membatasi diri mereka dalam batasan panggilan Allah bagi mereka, mereka akan menemukan bahwa janji pembalasan terhadap musuh-musuh mereka tidak diberikan dengan sia-sia. Ketika Allah memanggil kita kepada penghakiman seperti yang ada tertulis, Ia memberikan kekang pada semangat dan tindakan kita, supaya kita jangan mencoba apa yang tidak Ia perintahkan.

Itulah semarak bagi semua orang yang dikasihi-Nya. Pemazmur bukan saja mendorong kita untuk menghidupi kesalehan, tetapi juga memberikan topangan untuk penghiburan kita. Janganlah kita berpikir kita adalah pecundang karena mempraktekkan belas kasihan dan kesabaran. Kebanyakan orang melampiaskan murka dan amarah, karena mereka mengira satu-satunya cara bertahan hidup adalah menunjukkan kebuasan serigala. Meski umat Allah tidak memiliki kekuatan seperti raksasa, dan tidak akan menggerakkan satu jari pun tanpa ijin Ilahi, serta memiliki roh yang tenang, namun sang Pemazmur menyatakan, mereka memiliki hal yang terhormat dan semarak keluar dari segala masalah mereka.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

No comments:

Post a Comment