Thursday, March 15, 2018

Mazmur 53




Mereka semua telah menyimpang, sekaliannya telah bejat; tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak.

Daud menyatakan bahwa semua orang dihanyutkan oleh nafsu semena-semena mereka, sehingga tiada kemurnian atau integritas dalam seluruh hidup mereka. Ia tidak hanya menilai sebagian orang, namun menyatakan mereka semua berada dalam kondisi yang sama.

Kita dapat bertanya, bagaimana mungkin Daud tidak membuat perkecualian, ketika ia kemudian mengatakan bahwa orang yang miskin dan sengsara mempercayai Allah? Bagaimana mungkin ia mengatakan tidak tersisa satupun orang yang benar? Jika semua orang jahat, siapakah Israel yang penebusan masa depannya ia rayakan di akhir Mazmur ini? Daud sendiripun adalah bagian dari bangsa tersebut, mengapakah ia paling tidak mengecualikan dirinya sendiri?

Jawabannya adalah: Daud sedang menimbang bagian dari bangsa Israel yang bersifat kedagingan dan akan binasa, dan ia tidak memasukkan jumlah kecil yang adalah milik Allah sendiri. Inilah sebabnya mengapa Paulus dalam Roma 3:10 memperluas cakupan kalimat ini bagi seluruh umat manusia (“Tidak ada yang benar, seorangpun tidak.”) Daud menyayangkan keadaan yang kacau balau dan tak berpengharapan di bawah pemerintahan Saul. Namun ia tetap membuat perbandingan antara anak-anak Allah dengan orang yang tidak dilahirbarukan oleh Roh, yang dihanyutkan oleh keinginan daging mereka.

Paulus bukan membicarakan karakter dari kebanyakan manusia, melainkan dari semua orang yang dipimpin oleh kebusukan dalam natur mereka. Ketika Daud menempatkan dirinya dan orang saleh yang tersisa di satu sisi, dan di sisi yang berlawanan manusia secara umum, artinya ada perbedaan nyata antara anak-anak Allah yang diciptakan baru oleh Roh-Nya, dan semua keturunan Adam, yang dikuasai oleh kerusakan dan kebusukan. Hanya Allah yang dapat membuat kita menjadi ciptaan baru oleh belas kasihan-Nya yang misterius.

No comments:

Post a Comment