Tuesday, March 27, 2018

Mazmur 63:1-3

Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau. Jelaslah bahwa Daud tidak pernah membiarkan dirinya dikalahkan oleh ujian-ujiannya sampai berhenti memanjatkan doa ke surga, dan bahkan ia beristirahat, dengan iman yang teguh dan tetap, di atas janji-janji ilahi. Ketika diserang oleh pencobaan terkecil sekalipun, kita terlalu mudah kehilangan penghiburan dari pengenalan akan Allah yang kita miliki sebelumnya. Maka penting untuk kita memperhatikan dan belajar dari teladan Daud, untuk berjuang mempertahankan keyakinan kita bahkan di bawah kesulitan terburuk. Daud tidak hanya berdoa; ia menempatkan Tuhan di depannya sebagai Allahnya, supaya ia menyerahkan segala bebannya pada-Nya tanpa menunda, ketika ia ditinggalkan semua orang, dan sebagai orang buangan di tengah padang gurun terpencil. Imannya, yang ditunjukkan dalam keyakinan akan karunia dan pertolongan Tuhan, menggerakkan ia untuk berdoa dengan tetap dan sungguh-sungguh untuk karunia yang ia nantikan.

Demikianlah aku memandang kepada-Mu di tempat kudus, sambil melihat kekuatan-Mu dan kemuliaan-Mu. Allah selalu hadir dalam pemikiran sang Pemazmur, meski ia mengembara di padang gurun dan sangat terbuang. Kengerian dari tempat itu cukup untuk mengalihkan perhatiannya dari perenungannya. Tetapi ia melatih dirinya untuk memandang pada kuasa dan kemuliaan Allah, seakan-akan ia ada dalam tempat kudus-Nya. Orang-orang yang bebal dan penuh takhyul kelihatan penuh semangat dan kesungguhan ketika bertemu dengan upacara-upacara agama. Tetapi kesungguhan mereka menguap ketika upacara-upacara itu tidak ada lagi. Sebaliknya Daud, ketika upacara demikian diambil darinya, ia memelihara itu dalam ingatannya, dan oleh sarana itu, diangkat dalam aspirasi yang tertuju pada Allah. Ketika kita tidak memiliki sarana-sarana kasih karunia yang bersifat eksternal, kita dapat belajar dari Daud untuk menujukan mata iman kita pada Allah dalam situasi terburuk, dan tidak melupakan-Nya ketika simbol dari hal-hal kudus tidak berada dalam jangkauan pandangan kita. Seandainya Perjamuan Kudus, dan sarana-sarana lain yang memajukan kesejahteraan rohani kita, direnggut dari kita oleh kuasa tirani, tidaklah berarti batin kita harus berhenti merenungkan akan Allah.

No comments:

Post a Comment