Sebab kasih setia-Mu lebih baik dari pada
hidup; bibirku akan memegahkan Engkau. Betapapun besar kemakmuran yang dimilliki oleh
manusia, atau modal yang dianggap menjamin keamanan hidup, tidak ada gunanya,
karena belas kasihan Allah adalah dasar yang layak dipercaya lebih daripada
kehidupan apapun yang dapat kita bayangkan, dan daripada segala dukungan
dikumpulkan jadi satu. Maka umat Allah, seberapapun mereka menderita dari
kemiskinan, atau ketidakadilan manusia, atau tiadanya keinginan, atau lapar
atau haus, atau masalah dan kecemasan hidup, tetap dapat bahagia. Keadaan
mereka segalanya baik, dengan pengertian yang paling baik, ketika Allah adalah
sahabat mereka. Di lain pihak, orang yang tak percaya pastilah sengsara, bahkan
ketika seluruh dunia tersenyum pada mereka, sebab Allah adalah musuh mereka,
dan kutukan terikat sebagai bagian mereka.
Seperti dengan lemak dan sumsum jiwaku
dikenyangkan, dan dengan bibir yang bersorak-sorai mulutku memuji-muji. Jika kita ingin membuktikan iman yang
kuat, kita harus mengantisipasi karunia Allah bahkan sebelum karunia itu
sungguh-sungguh dinyatakan, dan ketika kedatangannya tak terlihat. Dari teladan
yang diletakkan di hadapan kita, kita harus berwaspada akan keputusasaan,
terutama dalam situasi di mana kita melihat orang fasik berendam dengan riuh
rendah dalam kelimpahan akan hal-hal duniawi, sementara kita sendiri merindukan
hal-hal tersebut karena berkekurangan. Di dalam tekanannya, Daud mungkin saja
putus asa. Tetapi ia tahu bahwa Allah sanggup mengenyangkan jiwa yang lapar,
dan ia tidak mungkin kekurangan apapun selama Allah memperhatikannya. Adalah
kehendak Allah untuk menguji kesabaran kita dalam hidup ini, dengan
bermacam-macam penderitaan. Marilah kita menanggung ketidakadilan dengan
kelemahlembutan, hingga waktunya tiba untuk segala kerinduan kita dipuaskan.
Ketika Daud berbicara dengan kiasan tentang dikenyangkan dengan lemak dan
sumsum, ia bukan sedang merenungkan pemuasan nafsu yang berlebih-lebihan, yang
kepadanya orang fasik telah menyerahkan diri, dan membuat pikiran mereka
bersifat hewani. Daud menantikan kenikmatan dalam penguasaan diri, yang hanya
menggerakkannya untuk lebih siap memuji Allah.
No comments:
Post a Comment