Wednesday, March 28, 2018

Mazmur 63:4-12



Sebab kasih setia-Mu lebih baik dari pada hidup; bibirku akan memegahkan Engkau. Betapapun besar kemakmuran yang dimilliki oleh manusia, atau modal yang dianggap menjamin keamanan hidup, tidak ada gunanya, karena belas kasihan Allah adalah dasar yang layak dipercaya lebih daripada kehidupan apapun yang dapat kita bayangkan, dan daripada segala dukungan dikumpulkan jadi satu. Maka umat Allah, seberapapun mereka menderita dari kemiskinan, atau ketidakadilan manusia, atau tiadanya keinginan, atau lapar atau haus, atau masalah dan kecemasan hidup, tetap dapat bahagia. Keadaan mereka segalanya baik, dengan pengertian yang paling baik, ketika Allah adalah sahabat mereka. Di lain pihak, orang yang tak percaya pastilah sengsara, bahkan ketika seluruh dunia tersenyum pada mereka, sebab Allah adalah musuh mereka, dan kutukan terikat sebagai bagian mereka.


Seperti dengan lemak dan sumsum jiwaku dikenyangkan, dan dengan bibir yang bersorak-sorai mulutku memuji-muji. Jika kita ingin membuktikan iman yang kuat, kita harus mengantisipasi karunia Allah bahkan sebelum karunia itu sungguh-sungguh dinyatakan, dan ketika kedatangannya tak terlihat. Dari teladan yang diletakkan di hadapan kita, kita harus berwaspada akan keputusasaan, terutama dalam situasi di mana kita melihat orang fasik berendam dengan riuh rendah dalam kelimpahan akan hal-hal duniawi, sementara kita sendiri merindukan hal-hal tersebut karena berkekurangan. Di dalam tekanannya, Daud mungkin saja putus asa. Tetapi ia tahu bahwa Allah sanggup mengenyangkan jiwa yang lapar, dan ia tidak mungkin kekurangan apapun selama Allah memperhatikannya. Adalah kehendak Allah untuk menguji kesabaran kita dalam hidup ini, dengan bermacam-macam penderitaan. Marilah kita menanggung ketidakadilan dengan kelemahlembutan, hingga waktunya tiba untuk segala kerinduan kita dipuaskan. Ketika Daud berbicara dengan kiasan tentang dikenyangkan dengan lemak dan sumsum, ia bukan sedang merenungkan pemuasan nafsu yang berlebih-lebihan, yang kepadanya orang fasik telah menyerahkan diri, dan membuat pikiran mereka bersifat hewani. Daud menantikan kenikmatan dalam penguasaan diri, yang hanya menggerakkannya untuk lebih siap memuji Allah.

No comments:

Post a Comment