Thursday, April 19, 2018

Mazmur 74



Mengapa, ya Allah, Kaubuang kami untuk seterusnya? Setiap kali kita dikunjungi kesulitan, bukanlah nasib yang secara kebetulan menembakkan panah-panah itu pada kita, melainkan tongkat hajaran Allah, yang dalam providensia-Nya yang rahasia dan misterius Ia pakai untuk menegur dosa-dosa kita. Ketika Allah menghukum kita, kita wajib merenungkan sungguh-sungguh, apa yang kita pantas terima. Dan kita wajib mengingat, bahwa meski Ia tidak dikendalikan emosi kemarahan, namun kita telah memberontak kepada-Nya dengan pelanggaran dosa yang serius. Bukan karena jasa kitalah, maka murka-Nya tidak menyala-nyala kepada kita. Umat-Nya, sebagai permohonan akan belas kasihan, mencari perlindungan pada ingatan akan kovenan, yang olehnya mereka diadopsi sebagai anak-anak-Nya.

Tanda-tanda kami tidak kami lihat, tidak ada lagi nabi, dan tidak ada di antara kami yang mengetahui berapa lama lagi. Hukuman-hukuman sementara adalah pemurnian dari Allah sebagai Bapa, dan perenungan bahwa ini sementara, akan meringankan kedukaan. Ketidaksenangan-Nya, jika berlanjut terus-menerus, akan mengakibatkan pendosa yang miskin dan malang tenggelam dalam keputusasaan. Jika kita mau menemukan sumber kesabaran dan penghiburan, di bawah tangan Allah yang mendisiplinkan kita, mari belajar memandang pada keringanan dari Allah ini. Ia mendorong kita untuk bertahan dengan pengharapan. Biarlah kita tenang dengan keyakinan, bahwa meski Ia marah, namun Ia tidak berhenti menjadi Bapa kita. Koreksi yang melepaskan kita dari dosa, tidak hanya menghasilkan kedukaan. Kesedihan yang diakibatkannya, memiliki sukacita.

Namun Engkau, ya Allah adalah Rajaku dari zaman purbakala. Kita tahu betapa sulitnya untuk mengatasi segala keraguan, dan dengan berani bertekun dalam doa dengan bebas dan tanpa paksaan. Di sini orang-orang beriman mengingat kembali bukti dari belas kasihan dan karya Allah dari satu jaman ke jaman berikutnya, sebagai bukti bahwa Ia adalah Raja dan Pelindung dari umat yang telah Ia pilih. Dari contoh ini kita diajar, tidaklah cukup untuk berdoa hanya dengan bibir saja. Kita harus berdoa dengan iman. Kita harus selalu mengingat berkat-berkat yang Allah telah berikan sebagai tanda kasih kebapaan-Nya untuk kita, dan kesaksian akan cinta-Nya yang memilih kita.


Article by John Calvin
Translated by Tirza Rachmadi

No comments:

Post a Comment