Friday, April 20, 2018

Mazmur 75



Tetapi Allah adalah Hakim: direndahkan-Nya yang satu dan ditinggikan-Nya yang lain. Pemazmur ingin mengajar kita untuk puas dan merasa cukup dengan keadaan kita, dalam penguasaan diri dan kerendahan hati. Maka ia mendefinisikan apa penghakiman Allah, atau pengaturan yang ia amati dalam pemerintahan dunia, dan memberi tahu kita, bahwa hanya hak Allahlah untuk meninggikan atau merendahkan anak manusia sesuai kehendak-Nya.

Semua orang yang mengembangkan sayap kesombongan mereka, dan mengejar posisi yang semakin tinggi tanpa menghormati atau bersandar pada Allah, semuanya dapat dituntut karena berusaha merampok hak istimewa dan kuasa Allah. Hal ini nyata, bukan hanya dari perkataan mereka yang berantakan, tapi juga dari bualan mereka yang menghujat, seperti, Siapa yang akan menghalangi aku? Siapa yang bisa bertahan melawanku? Seakan-akan bukan perkara kecil bagi Allah, yang dengan satu anggukan saja dapat meletakkan seribu halangan di jalan mereka, dan membuat segala usaha mereka sia-sia. Manusia duniawi dengan kepala batu mereka dan strategi-strategi sesat dapat dituntut dengan berusaha merampok kewibawaan Allah sebagai raja. Demikian juga kita, ketika takut pada ancaman mereka, kita juga bersalah dengan membatasi kedaulatan dan kuasa Allah. Jika kita takut mendengar suara angin bertiup dengan kencang, begitu takut seperti disambar petir, kegoyahan yang demikian menandakan bahwa kita belum memahami sifat pemerintahan Allah di atas dunia ini.

Tetapi orang yang percaya bahwa Allah mengatur manusia menurut perkenanan-Nya, tidak akan berhenti pada sarana duniawi saja. Ia akan memandang ke atas dan melampaui segala hal-hal ini, kepada Allah. Doktrin ini bermanfaat bagi orang percaya untuk menyerahkan diri mereka sepenuhnya pada Allah, dan waspada terhadap kepercayaan diri kosong yang mengangkat mereka. Ketika mereka melihat orang fasik berbangga, biarlah orang saleh tidak berlambat-lambat untuk menghina kesombongan bodoh dan penuh cinta diri dari orang fasik. Meski Allah memiliki kuasa dan kewenangan yang berdaulat dalam tangan-Nya dan Ia dapat melakukan apapun yang Ia mau, namun Ia adalah hakim. Kita diajar bahwa Ia mengatur segala perkara umat manusia dengan keadilan yang sempurna.



Article by John Calvin
Translated by Tirza Rachmadi