Sunday, April 29, 2018

Mazmur 79:10-13



Mengapa bangsa-bangsa lain boleh berkata: "Di mana Allah mereka?"

Allah memberikan belas kasihan-Nya kepada kita demi nama-Nya saja. Ia mengampuni kita dengan cuma-cuma, sebab Ia penuh belas kasihan, dan mulut kita dibungkam, supaya nyata bahwa hanya Ialah yang benar dan adil. Namun di ayat ini, orang beriman memohon kepada-Nya, supaya Ia tidak membiarkan nama-Nya menjadi bulan-bulanan hujatan dan hinaan orang jahat. Dari sini kita diajar, bahwa kita tidak berdoa dengan benar, kecuali ada persatuan yang tak terpisahkan dari dua hal ini: keprihatinan akan keselamatan kita, dan giat untuk kemuliaan Allah.

Meski Allah menyatakan, bahwa Ia akan membalas musuh-musuh kita, ketika kita disakiti, kita tidaklah boleh haus akan balas dendam. Biarlah kita ingat bahwa bentuk doa ini tidak diberikan untuk semua manusia tanpa kecuali, sehingga bisa digunakan kapan saja mereka didorong nafsu mereka. Sebaliknya di bawah instruksi dan bimbingan Roh Kudus, kiranya manusia memohon untuk kepentingan seluruh Gereja, bersama-sama, melawan yang jahat. Jika kita ingin menaikkan doa seperti ini dengan cara yang benar, maka: pertama, batin kita harus diterangi oleh hikmat Roh Kudus; kedua, giatnya kita, yang sering dibusukkan oleh gejolak perasaan yang bersifat daging, harus murni dan penuh penguasaan diri; dan kemudian, dengan semangat giat yang murni dan dalam penguasaan diri, kita boleh dengan sah memohon Allah untuk menunjukkan, betapa berharganya nyawa para hamba-Nya, yang darahnya Ia balaskan, dengan contoh nyata. Orang beriman bukan ingin dipuaskan oleh pemandangan ditumpahkannya darah manusia. Mereka hanya ingin Allah memberikan peneguhan iman mereka, dalam pernyataan kasih kebapaan-Nya ketika Ia membalas ketidakadilan yang diterima umat-Nya.

Nama hamba Allah diberikan kepada orang-orang yang menerima hukuman Allah yang adil untuk dosa-dosa mereka. Allah mungkin menghajar kita, tetapi Ia tidak membuang kita untuk selamanya. Sebaliknya Ia memberi kesaksian bahwa keselamatan kita adalah objek perhatian-Nya.


Article by John Calvin
Translated by Tirza Rachmadi