Sunday, May 6, 2018

Mazmur 81:8-10



Dalam kesesakan engkau berseru, maka Aku meluputkan engkau.

Kadang terjadi, orang yang mendapat penderitaan terlalu besar, meratapi bencana mereka dengan tangisan kebingungan. Tetapi umat yang menderita ini masih memiliki sedikit kesalehan, dan mereka tidak lupa janji Allah pada bapa-bapa mereka, maka mereka mengarahkan doa mereka pada Allah. Orang tak beragama saja, yang tidak pernah merencanakan berseru pada Allah, jika berada di bawah tekanan bencana yang besar, digerakkan oleh sebuah insting alamiah yang tersembunyi untuk mencari-Nya. Janji itu seperti seorang guru bagi orang Israel, yang memimpin mereka untuk mencari Allah. Tidak ada orang yang berseru kepada-Nya dengan tulus, kecuali dia yang percaya pada pertolongan-Nya. Seruan pada Allah ini seharusnya meyakinkan mereka, ketika mereka ditawarkan kelepasan, mereka wajib memperhitungkan asal kelepasan itu hanya dari Allah saja.

Aku menjawab engkau dalam persembunyian guntur. Allah tidak dapat dilihat muka dengan muka, tetapi guntur adalah tanda nyata akan kehadiran-Nya yang tersembunyi di antara mereka. Supaya mereka lebih menghargai berkat ini, Allah memberitahu  mereka akan ketidaklayakan mereka. Mereka telah menerima bukti paling nyata dekat air Meriba, bahwa mereka adalah bangsa yang jahat dan keras hati, Keluaran 17:7. Tuhan seperti mengatakan, kejahatan hatimu pada saat itu telah menyatakan dirinya dengan terang-terangan. Tentulah dari hal ini tidak bisa dibantah lagi, bahwa karunia-Ku kepadamu bukanlah karena perbuatan baikmu. Teguran ini berlaku sama bagi kita seperti bagi orang Israel. Allah tidak saja mendengar rintihan kita ketika kita menderita di bawah penjajahan setan, tetapi sebelum kita lahir, Ia telah menetapkan Putra Tunggal-Nya untuk menjadi harga penebusan kita. Dan ketika kita masih musuh-Nya, Ia memanggil kita untuk berbagian dalam anugerah-Nya, mencerahkan pikiran kita oleh Injil dan Roh Kudus-Nya; meskipun kita tetap tinggal dalam bersungut-sungut, dan bahkan memberontak dengan sombong terhadap-Nya.


Article by John Calvin
Translated by Tirza Rachmadi

No comments:

Post a Comment