Tuesday, May 15, 2018

Mazmur 84:1-3


Betapa disenangi tempat kediaman-Mu, ya TUHAN semesta alam! Daud mengeluhkan keadaannya yang tidak memiliki kebebasan jalan masuk ke Gereja Allah, untuk mengaku imannya di sana, bertumbuh dalam kesalehan, dan berbagian dalam ibadah pada Allah. Jalannya ke tempat kudus ditutup. Ia mengetahui, bahwa Allah menetapkan pertemuan-pertemuan kudus bukan tanpa manfaat, dan bahwa orang-orang saleh membutuhkan pertolongan-pertolongan demikian, selama mereka mengembara di dunia ini. Ia juga menyadari kelemahannya. Ia bukannya tidak tahu, betapa jauhnya ia dari mendekati kesempurnaan para malaikat. Perhatiannya ditujukan pada tujuan sejati dari ritual eksternal yang telah ditetapkan Allah. Sifatnya berbeda jauh dari orang munafik, yang mendatangi pertemuan-pertemuan ibadah dengan kemasyhuran yang besar, dan tampak terbakar oleh semangat menyala-nyala melayani Allah, tetapi hanya memamerkan kesalehan supaya mendapatkan pujian. Pikiran Daud jauh dari khayalan semacam ini. Mengapa ia merindukan jalan masuk ke tempat kudus Allah, adalah supaya ia dapat menyembah Allah di sana dalam ketulusan hati, dan cara yang rohani. Orang-orang yang melalaikan ibadah yang ditetapkan Allah sendiri, adalah orang-orang yang kekurangan pengertiannya sangat disayangkan, seakan-akan mereka sanggup naik ke surga oleh usaha mereka sendiri.

Hatiku dan dagingku bersorak-sorai kepada Allah yang hidup (terjemahan lain: hatiku dan dagingku merindukan Allah yang hidup). Daud mengatakan bahwa kerinduannya sampai mencapai tubuhnya, yaitu dinyatakan dalam ucapan mulutnya, tidak berserinya mata, dan tindakan tangan. Jika kita renungkan, bahwa kelambatan daging kita menghalangi kita dari mengangkat pikiran kita kepada ketinggian kemuliaan Allah, sia-sia saja Allah memanggil kita, jika Ia tidak turun kepada kita, atau jika Ia tidak mengulurkan tangan-Nya pada kita dengan menggunakan berbagai sarana, untuk mengangkat kita kepada diri-Nya.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

No comments:

Post a Comment