Sunday, May 20, 2018

Mazmur 84:12-13


Sebab TUHAN Allah adalah matahari dan perisai. Ide yang disampaikan oleh perbandingan dengan matahari adalah, seperti matahari dengan sinarnya menghidupi, memelihara, dan menyukakan dunia, demikianlah wajah Allah yang murah hati memenuhi hati umat-Nya dengan sukacita, atau lebih tepatnya, bahwa mereka tidak hidup atau bernafas kecuali jika Ia menyinari mereka. Dengan perisai dimaksudkan, bahwa keselamatan kita, yang sebetulnya diancam oleh bahaya yang tak terhitung, berada dalam keamanan sempurna di bawah perlindungan-Nya. Karunia Allah yang memberikan hidup bagi kita, tak akan cukup bagi kebutuhan kita, kecuali pada saat yang sama, di tengah berbagai bahaya, Ia menempatkan kuasa-Nya sebagai perisai untuk melindungi kita.

Kasih dan kemuliaan Ia berikan; Ia tidak menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela. Setelah Allah menerima orang beriman dalam perkenanan-Nya, Ia meninggikan mereka ke kehormatan, dan tidak berhenti mengaruniakan kekayaan berkat-Nya pada mereka. Kebaikan Allah tidak habis-habisnya, melainkan mengalir tanpa henti. Kita belajar, bahwa kelebihan apapun dalam diri kita berasal hanya dari anugerah Allah saja. Pada saat yang sama, di sini dinyatakan tanda khusus yang membedakan para penyembah sejati Allah dari orang-orang lain, yaitu hidup mereka ditata dan diatur menurut prinsip-prinsip integritas yang ketat.

Ya TUHAN semesta alam, berbahagialah manusia yang percaya kepada-Mu! Seruan yang mengakhiri Mazmur ini, nampaknya merujuk kepada masa pengasingan Daud. Ia telah menggambarkan kebahagiaan orang-orang yang berdiam dalam pelataran Allah. Ia sekarang menyatakan, meski untuk sementara waktu hak khususnya ini direbut darinya, namun ia tidak sampai terpuruk dalam kesengsaraannya. Ia dikuatkan oleh penghiburan terindah, yang muncul dari memandang dari jauh akan karunia Allah. Selama kita tidak mendapatkan berkat Allah, kita merintih dan sedih dalam hati. Tetapi supaya kesadaran akan kesulitan kita tidak menenggelamkan kita, haruslah kita menanamkan hal ini dalam batin kita, supaya di tengah bencana pun kita tidak berhenti bersukacita, pada saat iman dan kesabaran bekerja.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

No comments:

Post a Comment