Thursday, May 17, 2018

Mazmur 84:5-6


Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu. Di sini sang Pemazmur menyatakan lebih jelas, kegunaan yang benar dan sah dari tempat kudus Allah. ia membedakan dirinya dari orang munafik, yang sangat meperhatikan upacara-upacara yang di luar, tetapi tidak memiliki kesalehan sejati di dalam hati. Sebaliknya Daud bersaksi, bahwa para penyembah sejati Allah mempersembahkan korban pujian, yang tidak pernah dapat terpisah dari iman. Seseorang tidak pernah memuji Allah dari hati, kecuali dengan bersandar pada anugerah-Nya, ia mengambil bagian dalam damai dan sukacita rohani.

Berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam Engkau. Mengapa Daud merindukan kebebasan jalan masuk ke tepat kudus, bukan untuk memuaskan matanya dengan pemandangan di sana, melainkan untuk membuat kemajuan dalam iman. Bersandar sepenuh hati pada Allah sama dengan memperoleh kemajuan yang tidak kecil. Dan hal ini tidak akan dicapai manusia manapun, kecuali semua kebanggaannya digeletakkan dalam debu, dan hatinya sungguh-sungguh direndahkan. Daud mencari Allah dengan cara sedemikian, supaya oleh doa, ia dapat meminjam kekuatan yang ia sadari tidak ada pada dirinya.

Yang berhasrat mengadakan ziarah. Berbahagialah orang-orang yang berjalan dalam jalan yang Allah telah tetapkan. Tidak ada yang lebih membahayakan bagi seorang manusia daripada mempercayai pengertiannya sendiri. Tepatlah jika dikatakan mengenai Taurat, “Inilah jalan, berjalanlah mengikutinya” (Yes. 30:21). Kapan saja manusia meninggalkan jalan hukum Ilahi, seberapa sedikitnya pun, mereka tersesat dan terjerat dalam kesesatan. Berbahagialah orang-orang yang ambisi tertingginya adalah memiliki Allah sebagai penunjuk jalan hidup mereka, dan karena itu menginginkan dekat pada-Nya. Allah tidak puas dengan upacara yang kelihatan saja. Yang Ia inginkan adalah, memerintah dan ditaati oleh semua yang Ia undang ke kemah suci-Nya. Barangsiapa sudah belajar betapa besarnya kebahagiaan dari bersandar pada Allah, akan mengeluarkan segala kerinduan dan kemampuannya, untuk dengan segera mendekat pada-Nya.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

No comments:

Post a Comment