Wednesday, June 27, 2018

Mazmur 100:1-2


Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai! Sang nabi memerintahkan untuk beribadah kepada Allah dengan kegirangan. Kebaikan-Nya pada umat-Nya demikian besar, sehingga melengkapi mereka dengan dasar yang berlimpah-limpah untuk bersukacita. Hal ini lebih jelas di ayat ketiga, di mana diantisipasi kesombongan orang-orang yang telah memberontak dari Allah yang sejati. Entah mereka membuat banyak ilah bagi diri mereka sendiri, atau mereka membuat banyak bentuk ibadah untuk menyembah mereka. Jumlah ilah-ilah yang banyak ini menghancurkan pengenalan sejati akan Allah yang esa, dan mengotori kemuliaan-Nya. Maka sang nabi dengan tepat memanggil semua manusia untuk memikirkan tentang diri mereka, dan berhenti merampok kehormatan Allah. Pada saat yang sama ia juga melawan kebodohan mereka yang tidak puas dengan satu Allah, sehingga mereka mengkhayalkan hal yang sia-sia. Seberapa besarpun mereka terikat untuk mengaku dengan mulut bahwa ada satu Allah, Pencipta langit dan bumi, namun mereka senantiasa mencuri kemuliaan-Nya. Dalam pengertian seperti inilah Allah, sejauh mereka sanggup, dikatakan dijadikan tidak ada. Adalah hal yang paling sulit untuk mempertahankan manusia melaksanakan ibadah yang murni pada Allah, sang nabi memanggil kembali dunia dari kebiasaannya yang sia-sia, dan memerintahkan mereka untuk mengakui Allah sebagai Allah. Kita perlu memperhatikan definisi singkat dari pengenalan akan Allah, yaitu kemuliaan-Nya dijaga, dan tidak ada ilah lain sebagai saingan, yang mengaburkan kemuliaan nama-Nya. Dalam sistem kepausan, nama Allah tetap dijaga, tetapi kemuliaan-Nya tidak dirangkum dalam huruf-huruf nama tersebut. Ia tidak diakui sebagai Allah. Maka ketahuilah, ibadah yang sejati bagi Allah tidak bisa dijaga utuh, kecuali perusakkan kemuliaan-Nya dan takhayul-takhayul dikoreksi.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

No comments:

Post a Comment