Saturday, June 30, 2018

Mazmur 102:1-4


TUHAN, dengarkanlah doaku, dan biarlah teriakku minta tolong sampai kepada-Mu. Kesungguhan sang Pemazmur menunjukkan, bahwa kata-kata ini dituliskan bukan untuk diucapkan oleh orang-orang yang sembarangan dan dengan enteng. Hal itu akan menjadi penghinaan terhadap Allah. Orang-orang Yahudi yang menjadi tawanan bersaksi mengenai tekanan yang berat dan menyiksa yang mereka tanggung, dan kerinduan yang menyala-nyala untuk segera mendapatkan keringanan. Tidak ada orang yang dapat mengutarakan kata-kata ini tanpa menghina nama Allah, kecuali jika ia memiliki afeksi hati yang tulus dan sungguh. Kita perlu memperhatikan situasi yang dirujuk, supaya kita digerakkan oleh Roh Kudus untuk tugas doa bagi kesejahteraan seluruh Gereja. Kita perlu didorong lebih lagi, setelah melihat sang nabi berusaha dengan sekumpulan kata-kata untuk mengoreksi dingin dan malasnya kita. Hati harus menggerakkan dan mengarahkan lidah kepada doa; namun karena hati sering bekerja dengan lamban, hati harus ditolong oleh lidah. Di satu sisi, hati harus mendahului kata-kata dan membentuknya, di sisi lain, lidah menolong membereskan kedinginan dan kelambanan hati. Orang percaya sejati dapat berdoa, tidak hanya dengan sungguh, tapi juga dengan menyala-nyala, sementara tidak mengeluarkan satu pun kata dari mulut. Tetapi tidak diragukan lagi, teriakan maksudnya kekuatan yang keluar dari tekanan kedukaan.

Pada hari aku berseru, segeralah menjawab aku! Ketika Allah mengijinkan kita untuk membukakan kelemahan-kelemahan kita padanya tanpa batas, dan dengan sabar menanggung kebodohan kita, Ia memperlakukan kita dengan kelemahlembutan yang besar. Mengeluarkan keluh kesah kita di hadapan-Nya seperti yang dilakukan anak-anak kecil pasti dianggap tidak hormat, jika bukan Allah yang berkenan memberikan kebebasan demikian pada kita.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

No comments:

Post a Comment