Sunday, June 3, 2018

Mazmur 89:48-53


Ingatlah apa umur hidup itu (terjemahan lain: Ingatalah betapa singkatnya hidupku). Di sini tempatnya untuk mengatakan bahwa para orang kudus telah berusaha terlalu keras untuk mendikte Allah waktu di mana Ia harus bekerja. Meskipun Ia menimpakan tekanan-tekanan pada kita selama kita dalam perjalanan musafir di bumi ini, namun tidak ada dasar yang kuat untuk menyimpulkan, bahwa kita sia-sia saja diciptakan. Bagi kita dipersiapkan hidup yang lebih baik di surga, dan kita telah diangkat menjadi anak untuk pengharapan tersebut. Maka tidaklah mengejutkan jika hidup kita tersembunyi dari kita di bumi ini. Jawabannya adalah, oleh ijin Allahlah para orang kudus dapat dengan bebas meminta dalam doa supaya Ia bersegera. Mereka tidaklah melakukan suatu ketidakpantasan, selama mereka tetap menahan diri dalam batas kerendahan hati, dan menyerahkan diri sepenuhnya pada kehendak-Nya, bukan disetir oleh ketidaksabaran dari penderitaan mereka. Meski hidup kita terus kita seret di tengah tekanan-tekanan yang berlanjut, namun kita memiliki penghiburan yang melimpah untuk menolong kita menanggung semua penderitaan, jika saja kita mengarahkan pikiran kita pada surga.

Hal-hal berikut perlu diperhatikan. Pertama, karena kelemahan kita yang besar, tidak ada seorangpun yang akan mengarahkan pikirannya ke surga, kecuali ia sudah pernah mencicipi kebaikan Allah dalam hidup ini. Kedua, keluh kesah umat Allah janganlah dihakimi berdasarkan standar kesempurnaan, karena keluh kesah itu bukan keluar dari keadaan batin yang tentram dan tak terganggu, melainkan pasti mengandung terlalu banyak ketidaksabaran atau kegarangan emosi dalam diri mereka. Orang yang mengukur cinta Allah dari keadaan segala sesuatunya sekarang, memakai standar yang akan menghasilkan kesimpulan yang salah. “Karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya” (Ibr. 12:6). Tetapi Allah tidak pernah demikian keras terhadap umat-Nya sehingga mereka ditinggalkan tanpa bukti anugerah-Nya dalam pengalaman. Benarlah bahwa hidup tidak bermanfaat apa-apa bagi manusia, jika mereka selama hidup tidak merasakan Ia adalah Bapa mereka.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

No comments:

Post a Comment