Monday, June 4, 2018

Mazmur 90:1-2


Tuhan, Engkaulah tempat perteduhan kami turun-temurun. Selama orang Israel menjadi musafir dan pengembara, Allahlah tempat perteduhan mereka. Kondisi semua manusia di bumi tidaklah tetap, tetapi Abraham dan keturunannya lebih lagi; mereka seperti orang asing dan yang dikucilkan. Sebelum mereka dibawa ke Mesir, di mana mereka hidup menanggung hari demi hari, mereka mengembara di tanah Kanaan. Mereka butuh tempat perteduhan di bawah bayangan Allah. Tanpa-Nya mereka hampir tidak bisa dihitung sebagai penduduk dunia, sebab di mana-mana mereka dihitung pendatang, dan setelah itu dipimpin melewati begitu banyak belokan dan putaran. Anugerah yang Allah nyatakan dalam memelihara mereka melalui perjalanan mereka, dan melindungi mereka dengan tangan-Nya di tengah bangsa-bangsa yang bengis dan kejam, ketika mereka rentan pada perlakuan yang merugikan dari bangsa-bangsa itu – anugerah ini diagungkan Musa dengan kata-kata yang luar biasa. Allah digambarkan sebagai tempat kediaman atau perteduhan bagi para pelarian yang terus berjalan dari satu tempat ke tempat yang lain untuk mencari tempat tinggal. Kebesaran anugerah ini nyata dari lamanya ia diberikan: Allah tidak berhenti memelihara dan melindungi mereka lebih dari 400 tahun. Sepanjang waktu itu mereka berdiam di bawah sayap perlindungan-Nya.

Sebelum gunung-gunung dilahirkan, dan bumi dan dunia diperanakkan, bahkan dari selama-lamanya sampai selama-lamanya Engkaulah Allah. Di sini digambarkan perbedaan tajam antara Allah dengan makhluk ciptaan, yang takluk pada perubahan yang terus-menerus, sehingga di kolong langit ini tidak ada yang tetap. Bahkan tidak ada yang begitu penuh perubahan seperti hidup manusia. Supaya manusia tidak menilai Allah berdasarkan keadaan mereka yang penuh perubahan, di sini Allah digambarkan dalam ketenangan yang tetap dan tidak terganggu apapun. Kekekalan yang Musa gambarkan bukan hanya mengenai esensi diri Allah, tetapi juga providensia-Nya, yang mengatur dunia. Meski Ia meletakkan dunia di bawah banyak perubahan, tetapi Ia sendiri tidak berubah. Bukan hanya untuk diri-Nya, tetapi juga untuk orang beriman. Mereka mengalami bahwa Allah tidak goyah, melainkan tetap dalam kuasa-Nya, kebenaran-Nya, keadilan-Nya, dan kebaikan-Nya, seperti dari sejak awal.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

No comments:

Post a Comment