Friday, June 8, 2018

Mazmur 90:12


Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana. Musa menyadari, bahwa manusia tidak bisa mengerti apa yang ia ajarkan, hingga Allah menyinari mereka oleh Roh-Nya. Maka ia berdoa. Pada pandangan pertama, sepertinya absurd berdoa meminta supaya kita tahu panjang umur kita. Orang-orang paling kuat pun hampir tidak mencapai 80 tahun. Apakah ada kesulitan untuk menghitung jumlah yang demikian kecil? Anak-anak mempelajari angka begitu mereka mulai berbicara. Kita tidak butuh guru matematika untuk sanggup menghitung sampai 100. Demikian memalukannya kebodohan kita yang tidak pernah mengerti singkatnya hidup kita. Yang paling pandai matematika, dan dapat dengan tepat menyelidiki jutaan kali jutaan, tetap tidak sanggup menghitung 80 tahun umurnya sendiri. Hal yang menakutkan, bahwa manusia bisa mengukur jarak di luar diri mereka, berapa meter jauhnya bulan dari pusat bumi, betapa luasnya ruang antar planet, singkatnya mereka sanggup mengukur segala dimensi di langit dan bumi; tetapi tidak bisa menghitung 70 tahun umur sendiri. Maka jelaslah Musa punya alasan yang baik untuk memohon pada Allah, untuk kemampuan dan kebijaksanaan yang sangat langka di antara umat manusia. Kita baru mengarahkan hati kita pada kebijaksanaan, ketika kita memahami singkatnya hidup manusia. Apa yang bisa lebih gila lagi, daripada terus berjalan tanpa memikirkan akhirnya? Hanya orang percaya sejatilah, yang mengenal perbedaan antara status kesementaraan ini dan kekekalan yang penuh bahagia. Untuk kekekalan itulah mereka diciptakan. Hanya orang percaya sejatilah, yang tahu apa sasaran hidup mereka. Tidak ada yang dapat mengatur hidupnya dengan pikiran yang tentram, kecuali ia yang tahu apa akhirnya, yaitu kematian; kecuali ia yang dibawa untuk merenungkan tujuan keberadaan manusia di dunia ini, sehingga ia mengejar upah dari panggilan surgawi.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

No comments:

Post a Comment