Wednesday, June 6, 2018

Mazmur 90:4-10


Sebab di mata-Mu seribu tahun sama seperti hari kemarin, apabila berlalu, atau seperti suatu giliran jaga di waktu malam. Ayat ini dikutip Rasul Petrus, dalam artian yang berbeda. Tujuan Musa adalah mengangkat pikiran manusia ke surga dengan menarik mereka keluar dari pengertian yang salah. Apakah tujuan Petrus? Banyak orang telah membuang harapan akan kebangkitan karena lelah menunggu lama, sebab Kristus tidak segera datang menurut kemauan mereka. Petrus mengoreksi ketidaksabaran ini dengan obat yang sangat tepat. Ia menangkap bahwa iman manusia pada janji Allah menjadi lemah dan goyah, karena mereka merasa Kristus terlalu lama menunda kedatangan-Nya. Apa yang menyebabkan hal ini, kalau bukan karena mereka mengemis di dunia ini? Petrus dengan tepat menggunakan kata-kata Musa untuk menyembuhkan kesalahan ini. Seperti penyebab orang tidak percaya berkubang dalam kenikmatan adalah hati mereka terlalu terikat pada dunia, sehingga mereka tidak merasakan kenikmatan-kenikmatan dari kekekalan surgawi; ketidaksabaran juga disebabkan hal yang sama. Di sini kita belajar kegunaan doktrin ini. Mengapakah kita begitu kuatir akan hidup ini, sehingga tidak pernah merasa cukup, dan kita terus menyiksa diri kita, kalau bukan karena kita menyangka kita akan hidup dalam dunia ini selamanya? Biarlah kita jangan menilai berdasarkan pengertian kedagingan, tetapi bersandar pada penghakiman Allah. Biarlah kita dengan iman mengangkat pikiran kita sampai pada takhta surga-Nya, di mana Ia menyatakan bahwa kehidupan di bumi ini bukanlah apa-apa. Musa tidak hanya membandingkan seribu tahun dengan satu hari, tetapi bahkan dengan kemarin, yang sudah berlalu. Apapun yang ada di depan mata kita mencengkram pikiran kita, tetapi kita tidak begitu dipengaruhi akan ingatan tentang masa lalu.

Mengenai kata giliran jaga, di masa lampau orang terbiasa membagi malam menjadi empat giliran jaga, masing-masing tiga jam. Untuk menyatakan dengan lebih tajam lagi, bagaimana apa yang nampak begitu lama di mata kita dipandang oleh Allah, diberikanlah perumpamaan tadi. Seribu tahun dalam pandangan-Nya tidak berbeda dari tiga jam di waktu malam, di mana orang hampir-hampir tidak tahu apakah ia sadar atau tertidur.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

No comments:

Post a Comment