Wednesday, June 20, 2018

Mazmur 95

Masuklah, marilah kita sujud menyembah, . . . sebab Dialah Allah kita, dan kitalah umat gembalaan-Nya dan kawanan domba tuntunan tangan-Nya. Semua manusia diciptakan untuk memuji Allah. Tetapi ada sebabnya, mengapa Gereja teristimewa dikatakan dibuat untuk itu (Yes. 61:3). Sang Pemazmur ditugaskan untuk menuntut ibadah ini lebih khusus dari tangan umat pilihan Allah. Itulah sebabnya ia menekankan pada keturunan Abraham, hak istimewa yang tak ternilai, yang Allah telah limpahkan pada mereka dalam meletakkan mereka di bawah perlindungan-Nya. Dalam satu pengertian, Allah dapat dikatakan melakukan hal yang sama bagi seluruh umat manusia. Tetapi ketika dikatakan Ia adalah Gembala dari Gereja, artinya lebih dari sekadar berkat pemeliharaan, kekuatan, dan pemerintahan yang sama, yang Ia ulurkan pada seluruh keluarga manusia. Ia disebut Gembalanya, karena Ia memisahkan Gereja dari seluruh dunia, dan mengasihinya dengan perhatian yang istimewa dan kebapaan. Umat Allah disebut di sini sebagai umat gembalaan-Nya, yang Ia perhatikan dengan kasih yang khusus, dan limpahkan dengan setiap jenis berkat. Sang Pemazmur ingin menekankan pada umat, kesadaran akan karunia yang tidak ada bandingannya, yang diberikan pada mereka ketika mereka diangkat sebagai anak, yang mengakibatkan mereka dipanggil untuk hidup di bawah pimpinan-Nya, dan supaya mereka menikmati setiap jenis berkat.

Pada hari ini, sekiranya kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu. Semua hati manusia secara alamiah adalah keras seperti batu. Alkitab tidak mengatakan hal ini sebagai penyakit beberapa orang saja, melainkan sebagai ciri seluruh umat manusia (Yeh. 36:26). Kerusakan ini bersifat turun-temurun; tetapi juga disengaja. Kita bukanlah tidak memiliki kesadaran seperti sebuah batu. Orang yang tidak mau dipimpin oleh Firman Allah, membuat hatinya yang sudah keras, menjadi semakin keras, dan diyakinkan oleh pemikirannya sendiri dan perasaan keras kepalanya. Namun artinya bukanlah, bahwa kelembutan hati, hati yang fleksibel ke arah manapun, ada di bawah kekuasaan kita. Kehendak manusia, oleh kerusakan alamiah, sepenuhnya diarahkan pada yang jahat. Lebih tepatnya, kehendak manusia dihanyutkan ke dalam pelaksanaan kejahatan. Tapi setiap orang yang tidak taat pada Allah, mengeraskan dirinya sendiri. Kebersalahan dari tindakan jahatnya ada pada dirinya sendiri dan bukan pihak manapun yang lain.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

No comments:

Post a Comment