Thursday, June 21, 2018

Mazmur 96


Sebab segala allah bangsa-bangsa adalah hampa, tetapi Tuhanlah yang menjadikan langit. Agama yang disepakati orang banyak tidak harus merupakan agama yang sejati. Seandainya agama merupakan hasil penentuan manusia, dan ibadah pada Allah bergantung pada keinginan manusia yang berubah-ubah, maka penilaian sang Pemazmur gagal. Tetapi seberapa banyaknya pun orang yang menyetujui apa yang salah, kita akan bersikeras mengikuti Roh Kudus, bahwa mereka tidak dapat mengambil dari kemuliaan Allah. Manusia itu sendiri adalah kekosongan, dan semua yang dihasilkan manusia harus dipertanyakan.

Katakanlah di antara bangsa-bangsa: "TUHAN itu Raja! Mengenai keteraturan alam, kita tahu bahwa Allah telah menetapkannya dari awal. Matahari, bulan dan bintang yang sama terus bersinar di langit. Orang fasik dan tak percaya dipelihara dengan makanan, dan mendapatkan udara untuk bernafas, seperti orang benar. Namun kita harus ingat, selama kefasikan menguasai pikiran manusia, dunia yang ditenggelamkan dalam kegelapan, harus dipandang sebagai kekacauan, ketidakteraturan dan kelaliman. Tidak mungkin ada kestabilan di luar Allah. Dunia dikatakan di sini tidak goyang, tepatnya ketika manusia dibawa ke dalam ketundukkan pada Allah. Meski segala ciptaan menjalankan fungsi jabatan mereka, sehingga dunia tidak goyang, namun tidak ada keteraturan yang dapat dikatakan berada di duia, hingga Allah mendirikan takhta-Nya dan memerintah di antara manusia. Adakah kekacauan yang lebih parah, daripada ketika sang Pencipta sendiri tidak diakui?

Jika metode Allah memerintah manusia adalah membentuk dan mengatur hidup mereka sesuai keadilan, kita dapat menyimpulkan, betapa mudahnya pun manusia merasa puas dengan dirinya, tetapi segala sesuatu dalam mereka tidak beres, sampai mereka tunduk kepada Kristus. Segala keadilan yang dibicarakan Pemazmur di sini, bukan sekedar bersifat di luar. Yang dibicarakan Pemazmur adalah hati yang baru, yang dihasilkan dari kelahiran baru oleh Roh, yang membentuk kita serupa Allah.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

No comments:

Post a Comment