Wednesday, July 4, 2018

Mazmur 102:12-13


Hari-hariku seperti bayang-bayang memanjang. Pada tengah hari, ketika matahari berada tepat di atas kepala kita, kita tidak melihat perubahan mendadak pada bayangan yang dihasilkan terangnya. Tapi ketika matahari mulai menuju barat, bayang-bayang  berubah hampir setiap saat. Apa yang diamati sang Pemazmur mengenai Gereja yang menderita, berlaku pada semua manusia. Namun ada alasan khusus untuk menggunakan pengumpamaan ini sebagai ilustrasi bagi kondisi Gereja ketika di dalam pembuangan. Benar, bahwa ketika kita menuju usia lanjut, kita segera jatuh dalam kemunduran. Namun keluhan dalam Mazmur ini adalah, umat Allah ditimpa semua ini ketika berada dalam usia jaya mereka. Hari-hari berarti seluruh perjalanan hidup mereka. Artinya adalah, pembuangan bagi orang saleh seperti terbenamnya matahari, karena mereka segera berakhir. Pengumpamaan rumput yang layu diulangi, untuk menggambarkan bahwa hidup mereka di pembuangan ditimpa banyak kemalangan yang mengeringkan kehidupan dalam diri mereka. Hal ini tidak aneh, sebab kondisi mereka lebih buruk daripada seratus kematian, seandainya mereka tidak ditopang oleh harapan kelepasan di masa depan. Namun meski mereka tidak sepenuhnya ditenggelamkan pencobaan, mereka berada dalam tekanan yang berat, karena mereka melihat diri mereka ditinggalkan Allah.

Tetapi Engkau, ya TUHAN, bersemayam untuk selama-lamanya. Untuk menguatkan dirinya, sang nabi memandang pada kekekalan Allah. Pengetahuan akan peristirahatan bahagia yang dimiliki Allah ini memampukan kita untuk mengerti, hidup kita hanyalah sebuah ilusi. Sang penulis yang dipimpin Allah, mengingat janji Allah untuk menjadikan Gereja sasaran perhatian-Nya yang khusus. Ia mempercayai ikatan yang suci dan tak mungkin diputuskan itu. Maka tanpa ragu ia menggambarkan orang saleh, meski mereka menderita dan sengsara, sebagai orang-orang yang berbagian dalam kemuliaan surgawi yang adalah milik Allah.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

No comments:

Post a Comment