Sunday, July 8, 2018

Mazmur 102:26-29



Dahulu sudah Kauletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tangan-Mu. Dua hal perlu kita renungkan. Pertama, di mata Allah langit pun nampak demikian sementara, seperti asap. Terlebih lagi umat manusia yang lemah, yang menimbulkan belas kasihan Allah. Kedua, meski tidak ada yang tinggal tetap di langit atau bumi, namun Gereja akan kekal selamanya, sebab ia ditopang oleh kebenaran kekal Allah. Hal yang pertama mengajar orang percaya sejati untuk rendah hati, ketika mereka datang ke hadirat Allah, betapa lemah dan sementaranya keadaan mereka, sehingga mereka tidak bisa membawa apa-apa kecuali kekosongan diri mereka. Perendahan diri yang demikian adalah langkah pertama memperoleh perkenanan Allah, karena Ia menegaskan bahwa kesengsaraan kita menggerakkan-Nya untuk berbelaskasihan pada kita. Perbandingan antara kita dan langit adalah ilustrasi yang sangat baik. Berapa lama langit telah ada, dibanding umur hidup manusia yang begitu singkat? Berapa banyak generasi manusia telah berlalu sejak penciptaan, sementara langit tetap ada di tengah segala pergantian generasi tersebut? Begitu indahnya pengaturan langit, begitu luar biasa bentukannya, sehingga segala tenunan tersebut menyatakan dirinya sebagai hasil karya tangan Allah. Namun, baik umur maupun keindahan langit tidak akan mencegah mereka dari binasa. Bagaimana dengan kita, yang mati sesaat setelah dilahirkan? Tidak ada bagian hidup kita yang tidak terburu-buru menuju kematian.  

Semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada. Dua hal perlu diperhatikan. Pertama, langit telah ditaklukkan pada kebinasaan sebagai akibat kejatuhan manusia. Kedua, langit akan diperbarui. Sang nabi mengatakan langit akan binasa, sebab akan ada pembaruan yang demikian menyeluruh sehingga bukan langit yang sama yang akan ada, melainkan yang lain. Ke mana pun mata kita memandang, kita hanya melihat alasan untuk berputus asa, hingga kita sampai pada Allah. Apa yang ada dalam kita selain kebusukan dan kebinasaan? Apakah kita selain cermin kematian? Apakah perubahan yang dialami seluruh dunia selain bagian awal dari kehancuran? Jika seluruh bentukan dunia sedang terburu-buru menuju akhirnya, apa yang akan terjadi pada umat manusia? Jika segala bangsa akan binasa, kestabilan apa yang bisa ditemukan dalam diri seorang manusia? Maka kita jangan mencari kestabilan di mana pun kecuali hanya dalam Allah saja.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

No comments:

Post a Comment