Monday, July 9, 2018

Mazmur 103:1-3


Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku! Sang nabi mendorong dirinya untuk mengucap syukur. Dari contohnya ada pelajaran bagi setiap orang akan kewajiban masing-masing. Tanpa ragu, kemalasan kita dalam hal ini perlu selalu dicambuk. Jika sang nabi, yang memiliki api gairah lebih sungguh-sungguh daripada orang lain, tidak bebas dari penyakit ini, apalagi kita. Kesungguhannya mendorong dirinya sendiri merupakan pengakuan atas penyakitnya. Kita punya cukup pengalaman tentang kelesuan kita. Maka betapa lebih perlunya lagi kita memakai sarana yang sama untuk membangkitkan diri kita. Oleh mulutnya, Roh Kudus secara tidak langsung, menegur kita karena tidak lebih rajin memuji Allah, dan menunjukkan obatnya, supaya setiap orang memasuki dirinya sendiri dan membetulkan kemalasannya. Sang nabi tidak puas hanya dengan memanggil jiwanya untuk memuji Allah (jiwa sebagai tempat pengertian dan afeksi), dan menambahkan batin, seluruh pikiran dan hati, dan segala kesanggupan keduanya. Ketika ia berbicara pada dirinya sendiri demikian, ia seperti tidak lagi berada di hadapan manusia, dan menguji dirinya di hadapan Allah.

Dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya! Ia mengajar kita, bahwa Allah tidak kurang dalam menyediakan alasan untuk memuji-Nya. Ketidakbersyukuran kitalah yang menghalangi kita. Di satu sisi, ia mengajar bahwa Allah demikian bermurah hati pada kita, supaya kita dibawa untuk merayakan pujian-Nya; di sisi lain ia menghakimi ketidaktetapan kita, yang memburu-buru kita ke berbagai sasaran lain, yang bukan Allah. Mengapa kita begitu lesu dan mengantuk dalam pelaksanaan utama dari ibadah yang sejati ini? Bukankah karena kita dengan jahat dan memalukan, melupakan dan mengubur dalam hati kita, berkat-berkat Allah yang tak terhitung, yang nyata bagi langit dan bumi? Jika saja kita mengingatnya, maka sang nabi menjamin, kita akan tergerak untuk melaksanakan kewajiban kita, karena satu-satunya larangan yang ia berikan adalah, jangan lupakan segala kebaikan-Nya.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

No comments:

Post a Comment