Tuesday, July 10, 2018

Mazmur 103:4-7


Dia yang menebus hidupmu dari lobang kubur, yang memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat. Sang Pemazmur menyatakan dengan lebih jelas, bagaimana kondisi kita sebelum Allah menyembuhkan kita: mati dan berada dalam kubur. Perenungan bahwa belas kasihan Allah melepaskan kita dari kematian dan kehancuran, seharusnya membuat kita lebih menghargainya. Jika kebangkitan jiwa dari kubur adalah langkah pertama dari hidup rohani, di manakah ada ruang bagi kemuliaan diri manusia? Berikutnya, sang nabi mengajar kita, bahwa anugerah Allah yang tiada bandingnya bersinar terang pada awal keselamatan kita, dan seluruh perkembangannya. Untuk lebih menyatakan kebesaran belas kasihan Allah, ia menggunakan bentuk jamak pada kata rahmat. Ia mengatakan, bahwa kita dikelilingi olehnya. Di depan, di belakang, di segala sisi, di atas dan bawah, rahmat Allah ada bagi kita dalam kelimpahan yang tak terukur. Tidak ada tempat yang kekurangan anugerah. Kebenaran yang sama ia agungkan dalam kata-kata berikutnya, hasratmu (terjemahan lain: mulutmu) dipuaskan. Pengumpamaan ini merujuk pada pemuasan indera pengecap, ketika kita memiliki meja makan yang penuh. Orang-orang yang berkekurangan makanan hampir tidak berani makan sampai setengah kenyang. Bukan berarti kerakusan atau keserakahan menelan berkat Allah itu disetujui, seperti orang tanpa penguasaan diri dalam kelimpahan. Namun ungkapan ini dipinjam dari kebiasaan manusia, untuk mengajar bahwa kebaikan apapun yang diinginkan hati kita, datangnya dari kemurahan Allah, bahkan sampai kepuasan yang penuh. Sang Pemazmur menambahkan, bahwa Allah terus menerus memberikannya semangat baru, sehingga kekuatannya berlanjut tanpa kekurangan, seperti nabi Yesaya (65:20) katakan tentang pemulihan Gereja, bahwa orang berumur 100 tahun akan menjadi seperti seorang anak. Arti ungkapan ini adalah Allah memberikan persediaan hal-hal baik yang berkelimpahan, dan semangat dalam batin, sehingga ia dapat menikmati semua itu, dan kekuatannya terus diperbarui.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

No comments:

Post a Comment