Wednesday, July 11, 2018

Mazmur 103:7-8


Ia telah memperkenalkan jalan-jalan-Nya kepada Musa, perbuatan-perbuatan-kepada orang Israel. Kita harus mengerti, bahwa pengenalan yang sejati akan Allah sesuai dengan apa yang ditemukan iman dalam Firman yang tertulis. Allah tidak menghendaki kita mencari-cari ke dalam esensi rahasia-Nya, kecuali sejauh Ia menyatakan diri-Nya pada kita. Hal ini harus mendapat perhatian khusus kita. Kita lihat, di mana pun Allah disebutkan, pikiran manusia melayang-layang kepada spekulasi-spekulasi dingin, dan memusatkan perhatian pada apa yang dapat dilihat, dan yang dapat menyediakan gambaran yang hidup tentang sifat Allah. Pada apapun juga manusia menujukan pikirannya, tidak ada yang memberikan manfaat lebih besar daripada perenungan terus-menerus mengenai hikmat, kebaikan, keadilan, dan belas kasihan Allah. Khususnya pengenalan akan kebaikan-Nya sangat tepat untuk membangun iman kita, dan menggambarkan pujian-Nya. Paulus dalam Ef. 3:18 menyatakan, bahwa ketinggian, panjang, lebar, dan dalamnya kita adalah mengetahui kekayaan anugerah yang tak terucapkan, yang dinyatakan pada kita dalam Kristus. Ini juga alasan mengapa Daud, mengutip Musa, mengagungkan anugerah Allah lewat berbagai ungkapan. Pertama, tidak ada kesalahan yang lebih parah daripada kesombongan yang mencuri pujian milik Allah, dan tidak ada kesalahan yang demikian kuat mengakar dalam hati kita, sehingga sulit dihapuskan. Allah bangkit, dan menegaskan anugerah-Nya, yang olehnya kita berdiri, supaya kecongkakan daging kita yang menantang surga ditiadakan. Ketika kita harus bersandar pada anugerah Allah, batin kita goyang dan goyah, dan tidak ada yang lebih sulit daripada mengakui bahwa Ia berbelas kasihan pada kita. Untuk menghadapi dan mengalahkan keadaan batin demikian, Daud mengikuti contoh Musa menggunakan ungkapan berikut: pertama, Allah itu penyayang; kedua, Ia pengasih; ketiga, Ia sabar dan menanggung dosa-dosa manusia; dan, terakhir, Ia berlimpah dalam belas kasihan dan kebaikan.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

No comments:

Post a Comment