Thursday, July 12, 2018

Mazmur 103:9-13


Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak untuk selama-lamanya Ia mendendam. Dari sifat-sifat Allah di ayat sebelumnya, Daud menarik kesimpulan, ketika kita melawan Allah, Allah tidaklah menutup pintu untuk perdamaian, karena sifat-Nya adalah condong untuk memaafkan. Pernyataan ini penting. Dosa-dosa kita akan selalu menutup pintu untuk kebaikan-Nya, jika tidak ada kemungkinan untuk marah-Nya diredakan. Daud menyiratkan, bahwa Allah bertindak terhadap para pendosa untuk meletakkan mereka di bawah kesadaran sejati akan kesalahan mereka. Tetapi setelah mereka tunduk dan rendah hati, Ia berhenti. Allah berbicara dalam cara yang berbeda di Kej. 6:3, “Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia,” karena setelah kejahatan manusia dibuktikan dengan lengkap, tibalah waktunya untuk menghukum mereka. Namun di Mazmur ini, Daud mengatakan bahwa Allah tidak selama-lamanya marah, karena Ia begitu siap berdamai dan mengampuni, sehingga Ia tidak menuntut secara kaku apa yang mungkin dituntut oleh keadilan.    

Sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita. Pemazmur tidak membicarakan perlakuan Allah pada seluruh dunia, melainkan bagaimana Ia menyatakan diri-Nya pada orang beriman. Dari situ nampak jelas, bahwa Ia bukan membicarakan belas kasihan Allah yang pertama-tama mendamaikan kita dengan diri-Nya, melainkan yang mengikuti orang-orang yang telah Ia rangkul dalam kasih kebapaan-Nya. Ada satu belas kasihan yang membangkitkan kita dari mati kepada hidup, ketika kita adalah orang-orang asing bagi-Nya, dan ada belas kasihan yang lain, yang menopang hidup yang telah dipulihkan kembali ini. Berkat pertama itu akan hilang selamanya, jika Ia tidak meneguhkannya dengan mengampuni dosa kita setiap hari. Dari sana kita temukan, betapa mengerikannya kesalahan para pengikut Paus yang mengira, pengampunan dosa yang cuma-cuma hanya diberikan satu kali saja, dan setelah itu keadilan diperoleh atau dipertahankan melalui jasa perbuatan baik kita, dan kesalahan apapun dihapuskan oleh pembayaran yang sepadan. Di sini Daud tidak membatasi satu periode waktu di mana Allah memperdamaikan kita pada diri-Nya, dalam tidak memperhitungkan dosa-dosa kita, melainkan memperpanjangnya bahkan sampai akhir hidup.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

No comments:

Post a Comment