Saturday, July 21, 2018

Mazmur 104:33-35


Aku hendak menyanyi bagi TUHAN selama aku hidup, aku hendak bermazmur bagi Allahku selagi aku ada. Di sini sang Pemazmur menunjukkan kepada orang-orang lain kewajiban mereka dengan teladannya sendiri. Sepanjang hidupnya ia akan menyatakan pujian Allah tanpa menjadi lelah. Satu-satunya batasan yang ia tetapkan untuk merayakan pujian Allah adalah kematian. Bukan karena para orang saleh, ketika meninggalkan dunia ini dan masuk ke keberadaan yang lain, berhenti bertugas. Tetapi karena tujuan kita diciptakan, adalah supaya nama Allah dirayakan oleh kita di bumi. Sang Pemazmur sadar, ia tidak layak mempersembahkan korban yang berharga pada Allah, maka dengan rendah hati ia memohon, supaya puji-pujian yang ia nyanyikan bagi Allah kiranya diterima-Nya, meski keluar dari mulut yang tercemar. Benar, tidak ada hal yang lebih diperkenan Allah, daripada pernyataan puji-pujian bagi-Nya, dan tidak ada ibadah lain yang Ia tuntut lebih dari kita. Namun kekotoran kita mencemari apa yang paling suci pada hakekatnya. Maka sang nabi memiliki alasan yang kuat untuk memohon kebaikan Allah, dan atas dasar itu sajalah memohon Allah menerima nyanyian pujiannya. Sang Rasul dalam Ibr. 13:15 mengajar, bahwa persembahan syukur kita menyenangkan Allah, ketika diberikan melalui Kristus. Namun, sementara semua orang tanpa kecuali menikmati berkat Allah, namun sangat sedikit yang memandang pada pemberinya. Sang nabi mengatakan, aku akan bersukacita dalam Tuhan. Ini adalah kebajikan yang langka. Tidak ada yang lebih sulit daripada memanggil pulang batin dari sukaria yang liar, yang tersebar di langit dan bumi, supaya tertuju pada diri Allah saja.
     
Biarlah habis orang-orang berdosa dari bumi, dan biarlah orang-orang fasik tidak ada lagi! Biarlah kita menghormati providensia Allah, dengan sepenuhnya tertuju kepada ketaatan pada-Nya, supaya dengan benar dan murni kita menggunakan berkat-berkat yang Ia kuduskan untuk kita nikmati. Biarlah kita berduka, jika harta karun itu difoya-foyakan, dan biarlah kita menilai jahat jika manusia melupakan Pencipta-Nya, dan menyalahgunakan hal-hal baik yang Ia telah limpahkan pada mereka.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

No comments:

Post a Comment