Saturday, July 28, 2018

Mazmur 106:1-13


Ketika itu percayalah mereka kepada segala firman-Nya, mereka menyanyikan puji-pujian kepada-Nya. Sang Pemazmur menyatakan bahwa mereka percaya pada firman-Nya, dan menyanyikan pujian pada-Nya, bukan untuk memuji mereka, melainkan untuk menggandakan kebersalahan mereka. Mereka telah diyakinkan oleh kesaksian yang tak dapat diragukan, namun mereka segera melanjutkan pemikiran mereka seperti biasa, dan mulai memberontak terhadap Allah, seakan-akan mereka tidak pernah memandang karya-karya-Nya yang ajaib. Betapa tak dapat dimaafkannya, ketidaksalehan yang dapat lupa dalam sekejap berkat-berkat khusus yang mereka telah terpaksa akui! Sang Pemazmur katakan, mereka terpukau oleh keagungan karya Allah, sehingga mereka harus percaya pada-Nya dan memuji-Nya. Dan karena itu kejahatan pemberontakan mereka bertambah besar. Meski kekerasan kepala mereka dikalahkan, tapi mereka segera jatuh ke ketidakpercayaan mereka yang dulu. Muncul sebuah pertanyaan: iman sejati selalu sesuai dengan natur dari Firman, dan karena Firman adalah benih yang tak dapat binasa, maka meski hampir, namun tidak dapat dihancurkan sepenuhnya. Tetapi ada iman sementara, seperti disebutkan Markus (4:17), yang bukan buah dari Roh yang melahirbarukan, melainkan sekedar afeksi perasaan yang dapat berubah, dan segera berlalu. Iman yang diangkat sang nabi di sini bukanlah iman sukarela, melainkan iman dari keterpaksaan. Manusia, entah mau atau tidak, oleh kesadaran akan kuasa Allah, terpaksa menunjukkan hormat pada-Nya. Ayat ini harus direnungkan baik-baik, supaya jika seseorang telah menundukkan diri pada Allah, ia tidak menipu dirinya sendiri, tetapi mengetahui, bahwa batu penjuru dari iman adalah jika ia dengan spontan menerima Firman Allah dan dengan tetap bertekun dalam ketaatannya.
Perlu diperhatikan, satu-satunya sebab manusia tidak tahu terima kasih terhadap Allah, adalah karena menghina berkat-berkat-Nya. Jika ingatan akan berkat berakar dalam hati kita, maka kita memperoleh kekang untuk menjaga kita tetap takut pada-Nya.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

No comments:

Post a Comment