Tuesday, August 21, 2018

Mazmur 113:1-4



Dari terbitnya sampai kepada terbenamnya matahari terpujilah nama TUHAN. Sang nabi menegaskan, bahwa puji-pujian bagi Allah harus dilanjutkan sepanjang umur hidup kita. Jika nama-Nya harus tetap dipuji, maka setidaknya sepanjang pengembaraan kita yang singkat di bumi, hal itu kita usahakan dengan sungguh-sungguh, supaya ingatan akannya berkembang setelah kematian kita. Kemuliaan nama Allah menjangkau seluruh bagian bumi; maka keadaan kita yang suam-suam kuku tak dapat dimaafkan, jika kita tidak membuat pujian-Nya bergema di antara kita. Di masa hukum Taurat, Allah tidak dipuji dengan benar selain di Yehuda oleh umat-Nya sendiri. Hanya kepada mereka saja pengenalan akan Allah dibatasi. Namun karya-karya-Nya dapat dilihat segala bangsa, dan layak menerima kekaguman seluruh dunia. Hal yang sama mengenai tingginya kemuliaan Allah dibicarakan di kata-kata berikutnya. Adakah sesuatu yang lebih jahat, daripada kita memuji-Nya dengan jarang dan dengan malas, padahal seharusnya batin kita dipenuhi oleh ketakjuban? Sang nabi membesarkan nama Allah dengan sangat, dan bertujuan menunjukkan kita bahwa tidak ada alasan untuk ketidakpedulian. Bahwa kita berdiam saja adalah ketidaksalehan, jika kita tidak memberikan diri kita sampai batas akhir kemampuan kita merayakan pujian-Nya, supaya kasih sayang kita melampaui langit. Ketika sang nabi katakan, Allah tinggi mengatasi segala bangsa, maka disiratkan teguran pada umat pilihan yang suam-suam kuku dalam memuji Allah. Adakah yang lebih mengerikan, daripada ketika para saksi kemuliaan Allah tidak menjadikan kemuliaan itu tema pujian mereka, ketika kemuliaan itu bersinar bahkan di antara orang buta? Pada saat Allah melimpahkan kepada orang Yahudi kehormatan sebagai penerima pengetahuan tentang doktrin surgawi-Nya, Ia tetap memiliki saksi-saksi (Kis. 14:17; Rm. 1:20). Setelah penyebaran Injil, Ia jauh lebih jelas ditinggikan di atas segala bangsa, sebab seluruh dunia telah diletakkan di bawah kuasa-Nya.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

No comments:

Post a Comment