Wednesday, August 29, 2018

Mazmur 115:12-18


TUHAN telah mengingat kita; Ia akan memberkati. Dengan kata lain: “Dari pengalaman yang panjang, kami telah diajar betapa bernilainya perkenanan Allah kami. Dari sumber itu sajalah mengalir kemakmuran kami, kelimpahan, dan kestabilan.” Sang nabi mengasumsikan, bahwa kita tidak menikmati baik kemakmuran ataupun kebahagiaan, lebih daripada yang Allah kehendaki untuk memberkati kita. Allah tidak memandang muka, maka kondisi kita yang rendah dan hina bukanlah halangan untuk kita mendekat pada-Nya. Dengan murah hati Ia mengundang orang-orang yang tidak dipandang oleh manusia. Kemurahan hati Allah adalah mata air yang tidak akan pernah berhenti mengalir selama tidak disumbat oleh ketidakbersyukuran manusia. Dan kemurahan hati itu akan diteruskan sampai pada anak cucu, karena Allah menyatakan karunia dan buah adopsinya sampai pada generasi keseribu.

Langit itu langit kepunyaan TUHAN, dan bumi itu telah diberikan-Nya kepada anak-anak manusia. Sang nabi memuji kelimpahan pemberian Allah dan kasih sayang-Nya sebagai Bapa bagi umat manusia. Ia tidak membutuhkan apapun bagi diri-Nya, tetapi Ia menciptakan dunia dengan segala kepenuhannya untuk digunakan manusia. Bagaimana bisa bumi dipenuhi oleh begitu banyak hal-hal yang baik, ke mana pun mata memandang, jika bukan Allah yang merencanakan persediaan untuk kebutuhan kita, seperti seorang ayah yang memelihara keluarganya? Kenyamanan yang kita nikmati adalah tanda kasih sayang-Nya sebagai Bapa kita. Singkatnya, Allah yang sempurna dalam kemuliaan-Nya, telah memperkaya bumi dengan kelimpahan hal baik, supaya umat manusia tidak kekurangan apapun. Pada saat yang sama ditunjukkan, Allah berdiam di surga, sehingga Ia tidak bergantung pada segala kekayaan dunia. Tidak ada anggur atau jagung atau apa yang adalah kebutuhan hidup masa kini, dihasilkan di sana. Kesimpulannya, Allah memiliki segala sumber daya di dalam diri-Nya sendiri.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

No comments:

Post a Comment