Tuesday, September 18, 2018

Mazmur 119:105-114




Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku. Sang Pemazmur bersaksi bahwa Hukum Allah adalah guru sekolahnya dan pemimpin kepada hidup yang kudus. Teladannya menetapkan prinsip yang sama untuk kita semua, yang sangat penting untuk kita ikuti. Pada saat kita mengikuti apa yang kita pandang baik, kita terjerat dalam labirin yang menakutkan tanpa jalan keluar. Perlu diperhatikan bahwa ia meletakkan Firman Allah berseberangan dengan segala pikiran manusia. Apa yang dinilai benar oleh dunia seringkali bengkok dan terbalik dalam penilaian Allah. Allah tidak berkenan pada cara hidup apapun selain yang diatur sesuai prinsip hukum-Nya. Juga perlu diperhatikan, bahwa Daud tidak mungkin dipimpin oleh Firman Allah, sebelum ia pertama-tama meninggalkan kebijaksanaan kedagingan. Hanya setelah kita tinggalkan kebijaksanaan kedagingan, barulah kita menjadi bisa diajar. Perumpamaan yang Daud pakai memiliki makna lebih lagi; yaitu kecuali Firman Allah menerangi jalan manusia, seluruh hidup mereka diselubungi kegelapan dan ketidakjelasan, sehingga tidak ada yang bisa mereka lakukan selain tersesat dari jalan yang benar. Ketika kita menyerahkan diri kita dengan kelembutan pada pengajaran hukum Allah, kita tidak berada dalam bahaya kesesatan. Biarlah kita yakin bahwa ada cahaya yang tak mungkin salah di sana, jika saja kita membuka mata kita untuk memandangnya. Rasul Petrus (2 Ptr. 1:19) mengatakan hal yang sama dengan lebih jelas, ketika ia menasihatkan orang beriman untuk memperhatikan nubuatan, “seperti pelita yang bercahaya di tempat yang gelap.”

Peringatan-peringatan-Mu adalah milik pusakaku untuk selama-lamanya, sebab semuanya itu kegirangan hatiku. Untuk mendorong kita dengan teladannya, sang nabi menegaskan bahwa ia mendapatkan kesenangan yang besar dalam ketetapan Allah, sehingga tidak ada yang lebih berharga. Hanyalah cinta yang membuat kita menghargai sesuatu. Maka haruslah kita memulai dengan kesenangan dalam hukum Allah, supaya kita memandang hukum itu dengan penghormatan yang selayaknya. Kesaksian-kesaksian Allah memberikan sukacita dalam batin kita, yang membuat kita menolak dan memandang rendah segala sesuatu yang lain, dan menarik kasih sayang kita dengan teguh kepadanya.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

No comments:

Post a Comment