Monday, September 17, 2018

Mazmur 119:96-104


Aku melihat batas-batas kesempurnaan, tetapi perintah-Mu luas sekali. Firman Allah tidak berada di bawah perubahan, karena berada di tempat yang tinggi, jauh melampaui elemen-elemen dunia yang dapat binasa ini. Tidak ada sesuatu di kolong langit yang begitu sempurna, tetap, atau lengkap, sehingga tidak akan berakhir. Hanya Firman ilahi sajalah yang demikian lengkap sehingga melampaui semua batas.  

Betapa manisnya janji-Mu itu bagi langit-langitku, lebih dari pada madu bagi mulutku. Daud demikian kuat tertarik kepada kemanisan Taurat Allah, sehingga tidak menginginkan kesenangan lain. Mungkin saja seseorang menjadi hormat pada Hukum Allah; tetapi tidak ada orang yang akan menaatinya dengan riang, kecuali jika ia telah merasakan kemanisannya. Allah tidak menuntut kita beribadah pada-Nya dengan terpaksa seperti budak. Ia mau kita datang pada-Nya dengan riang, dan itulah sebabnya sang nabi memuji kemanisan Firman Allah begitu sering dalam Mazmur ini. Jika ditanya, dalam arti apa ia mendapatkan kesenangan yang begitu manis dalam Hukum Allah, yang menurut kesaksian Paulus (2 Kor. 3:6) hanya menaruh takut dalam manusia, jawabannya mudah: Sang nabi bukan membicarakan huruf-huruf mati yang mematikan pembacanya, melainkan ia menangkap seluruh pengajaran Taurat, yang bagian utamanya adalah kovenan keselamatan yang cuma-cuma. Ketika Paulus mengontraskan Taurat dengan Injil, ia hanya membicarakan perintah-perintah dan hukuman-hukuman. Jika Allah hanya memberikan perintah dan menjatuhkan hukuman, maka seluruh komunikasi-Nya pastilah mematikan. Tetapi sang nabi bukan sedang memperlawankan Taurat dengan Injil. Maka ia dapat menegaskan, bahwa anugerah adopsi, yang ditawarkan dalam Taurat, lebih manis daripada madu baginya. Tidak ada kegembiraan yang sama besarnya baginya. Hukum Allah tidak pernah enak bagi kita, atau tidak akan pernah begitu manis bagi kita, sehingga kita ditarik dari kesenangan kedagingan, hingga kita telah berjuang keras melawan natur kita sendiri, untuk mengalahkan afeksi karnal yang ada dalam diri kita.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

No comments:

Post a Comment