Friday, September 7, 2018

Mazmur 119:11-16

Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau. Mazmur ini tidak digubah hanya untuk penggunaan pribadi dan khusus dari penggubahnya saja. Ketika Daud menunjukkan teladan bagi kita, ia sedang menunjukkan jalan yang harus kita ikuti. Kita diajar di sini, bahwa kita dibentengi dengan kuat terhadap strategi setan, ketika Taurat Allah mengakar dalam di hati kita. Kecuali Firman bertakhta dengan kuat dan kokoh di sana, kita segera jatuh dalam dosa. Ada ahli-ahli yang pengetahuannya berada dalam buku-buku; jika buku itu tidak selalu ada di depan mereka, ketidaktahuan mereka segera nyata. Demikian juga, jika kita tidak minum dari doktrin Allah, dan mengenalnya dengan baik, setan dengan mudah mengejutkan dan membelit kita dalam jeratnya. Perlindungan kita yang sejati bukan berada dalam pengetahuan tipis tentang Taurat-Nya, atau pembacaan sekilas tentang itu, melainkan meletakkannya dalam-dalam di hati kita. Kita diingatkan, betapapun seseorang yakin akan kebijaksanaannya sendiri, semua orang tidak punya penilaian yang benar, kecuali sejauh mereka menjadikan Allah pengajar mereka.

Ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku. Kita diajarkan bagian ini, bahwa jika Allah tidak menerangi kita dengan roh pengertian, kita tidak sanggup memandang terang yang muncul dari Taurat ini, meski terang itu terus-menerus ada di depan kita. Tidak sedikit orang yang buta bahkan ketika mereka dikelilingi pernyataan yang jelas dari doktrin ini, karena mereka yakin pada kepandaian mereka sendiri, sehingga menghina penerangan batiniah dari Roh Kudus. Mari kita belajar lebih jauh lagi, bahwa tidak ada orang yang sudah demikian superior dalam intelek, sehingga tidak ada lagi ruang bagi pertumbuhan yang konstan. Jika sang nabi sendiri, yang Allah berikan jabatan demikian terhormat sebagai guru dari Gereja, mengakui dirinya hanya murid atau pelajar, bukankah gila, jika orang-orang yang ketinggalan jauh dari pencapaiannya, tidak mengerahkan segala otot untuk menjadi semakin baik? Sang nabi juga tidak bergantung pada perbuatan baiknya sendiri untuk mendapatkan jawaban permintaan ini; ia memohon Allah untuk mengabulkannya demi kemuliaan-Nya sendiri.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

No comments:

Post a Comment