Saturday, September 8, 2018

Mazmur 119:17-29

Singkapkanlah mataku, supaya aku memandang keajaiban-keajaiban dari Taurat-Mu. Sang nabi menggambarkan di sini tujuan utama dari keberadaan kita. Adalah karena anugerah khusus Roh Kudus, sehingga seseorang menaati Taurat Allah. Jika ia membayangkan kesiapannya menaati Taurat bergantung pada kehendak bebasnya, maka doa ini tidak lain adalah kemunafikan besar. Setelah mengakui bahwa kesanggupan memelihara Taurat itu diberikan pada manusia oleh Allah, ia menambahkan, bahwa semua orang buta, sampai Ia menerangi mata pengertian mereka. Dengan mengakui bahwa Allah memberikan terang pada kita melalui Firman-Nya, maksud sang nabi adalah bahwa kita buta di tengah cahaya yang paling terang, hingga Ia menanggalkan penutup dari mata kita. Ketika ia mengakui bahwa matanya ditutup dan diselubungi, sehingga tidak sanggup menangkap cahaya doktrin surgawi, hingga Allah membuka mereka oleh anugerah tak terlihat dari Roh Kudus-Nya, ia berbicara seakan-akan meratapi kebutaannya dan kebutaan seluruh umat manusia. Namun sementara Allah menyatakan kuasa ini hanya milik-Nya, Ia memberitahu kita bahwa obatnya tersedia, selama kita tidak menolak pencerahan murah hati yang ditawarkan pada kita dengan mempercayai kebijaksanaan kita sendiri.  Mari kita juga belajar, bahwa kita tidak menerima pencerahan Roh Kudus supaya kita menghina Firman eksternal, dan hanya menyenangi inspirasi rahasia, seperti banyak orang fanatik yang menganggap diri spiritual jika menolak Firman Allah, dan menggantikannya dengan spekulasi-spekulasi liar mereka. Tujuan sang nabi sangat berbeda. Ia memberitahu kita, bahwa pencerahan itu dimaksudkan supaya kita dimampukan untuk menangkap terang hidup yang dinyatakan Allah oleh Firman-Nya. Bukan hanya sepuluh perintah Allah yang dimaksud dengan Taurat, tetapi juga kovenan keselamatan kekal, dengan segala pemeliharaannya, yang Allah telah buat. Dengan mengetahui, bahwa Kristus, yang “di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan,” “kegenapan hukum Taurat,” kita tidak perlu terkejut bahwa sang nabi memujinya, karena misteri agung yang dikandungnya.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

No comments:

Post a Comment