Saturday, September 22, 2018

Mazmur 119:136-158


Air mataku berlinang seperti aliran air, karena orang tidak berpegang pada Taurat-Mu. Di sini Daud menegaskan, bahwa ia terbakar oleh gairah yang luar biasa demi kemuliaan Allah. Ia hancur menjadi air mata karena penghinaan yang dilemparkan pada hukum Allah. Ungkapannya bersifat hiperbola, tetapi ia menggambarkan dengan benar dan jelas, keadaan batin yang diberikan padanya, dan hal itu sesuai dengan apa yang ia katakan di tempat lain, “Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan aku” (Mzm. 69:9). Di mana pun Roh Allah memerintah, Ia membangunkan gairah yang menyala-nyala ini, yang membakar hati para orang saleh ketika mereka melihat perintah dari Allah yang Maha Tinggi dianggap kosong. Tidaklah cukup bahwa setiap kita berusaha menyenangkan Allah. Kita harus merindukan hukum-Nya dipandang terhormat oleh semua orang. Seperti itulah Lot yang kudus, menurut kesaksian Rasul Petrus, tersiksa ketika memandang Sodom sebagai wadah segala macam kejahatan. Jika di masa lalu, ketidaksalehan dunia menarik duka yang demikian pahit dari anak-anak Allah, di masa kini begitu besarnya kebusukan di mana kita telah jatuh, sehingga orang-orang yang sanggup melihat keadaan ini tanpa keprihatinan dan air mata, tiga kali bahkan empat kali tidak peka. Betapa besarnya kegilaan dunia hari ini dalam menghina Allah dan mengabaikan doktrin-Nya? Tentulah ada sedikit yang dengan mulutnya mengaku bersedia menerima, namun hampir tidak ada satu di antara sepuluh orang yang membuktikan ketulusan pengakuannya dengan hidupnya. Sementara begitu besar kumpulan orang banyak yang dilarikan ke dalam tipuan setan dan kepada Paus, orang-orang lain sama tidak memiliki perhatian tentang keselamatan mereka seperti hewan-hewan yang rendah, dan banyak kaum Epicurean yang mengejek segala agama dengan terang-terangan. Jika di dalam kita ada sedikit saja kesalehan, maka sungai air mata dan bukan sekedar tetesan-tetesan, akan mengalir dari mata kita. Namun jika kita ingin menghasilkan bukti dari kesungguhan yang murni dan tidak bernoda, biarlah duka kita dimulai dari diri kita sendiri – dengan melihat bahwa kita masih jauh dari mencapai ketaatan sempurna pada hukum; ya, bahwa nafsu rusak dari natur karnal kita sering bangkit melawan keadilan Allah.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

No comments:

Post a Comment