Monday, September 10, 2018

Mazmur 119:33-46


Hidupkanlah aku dengan jalan-jalan yang Kautunjukkan! Sang nabi seperti mengatakan, “Tuhan, hidup seluruh umat manusia itu terkutuk, selama mereka mengaplikasikan kuasa mereka demi berbuat dosa. Kabulkanlah, supaya kekuatan yang kumiliki hanya mengejar satu hal, yaitu keadilan yang Engkau tetapkan bagi kami.” Untuk lebih baik mewujudkannya, prinsip pertama kita adalah, kemampuan melihat, mendengar, berjalan, dan merasa, semuanya adalah pemberian berharga dari Allah. Pengertian dan tekad yang memperlengkapi kita, adalah pemberian yang lebih berharga lagi. Namun tidak ada penglihatan, pergerakan indera, pemikiran batin, yang tidak dinodai kejahatan dan kerusakan. Itulah sebabnya sang nabi menyerahkan dirinya sepenuhnya pada Allah, untuk mortifikasi (mematikan) dosa, supaya ia memulai hidup yang baru.

Aku hendak berpegang pada Taurat-Mu senantiasa. Kita diajar, jika ada orang yang menyerahkan ketaatan implisit pada Allah, ia akan menerima sebagai upah, bahwa ia berjalan dengan batin yang tenang dan damai. Jika ia menemukan kesulitan, ia akan menemukan cara mengatasinya. Seberapapun orang beriman rela dan taat menyerahkan diri pada Allah, namun mereka mungkin masuk ke dalam kebingungan. Namun tujuan akhir yang direnungkan Paulus tetap tercapai, bahwa meskipun mereka berada dalam masalah dan kerja berat, mereka tidak terus-menerus berada dalam tekanan yang tak tertolong, karena dapat dikatakan, Allah berkewajiban menunjukkan jalan keluar bagi mereka, bahkan ketika kelihatannya tidak ada jalan (2 Kor. 4:8). Bahkan ketika mereka ditekan dengan berat, mereka berjalan dengan ringan, sebab mereka menyerahkan kejadian-kejadian yang membuat ragu kepada Allah. Dengan Allah sebagai penunjuk jalan, mereka tidak ragu akan keluar dengan keberanian dari tekanan yang dalam.

Aku hendak berbicara tentang peringatan-peringatan-Mu di hadapan raja-raja, dan aku tidak akan mendapat malu. Kita telah mendapatkan manfaat yang baik dan sejati dari Firman Allah, ketika hati kita demikian dibentengi terhadap ketakutan pada manusia, ketika kita tidak takut pada kehadiran raja-raja, meski seluruh dunia berusaha memenuhi kita dengan kekecewaan. Sangatlah tidak pantas kalau kemuliaan Allah digelapkan oleh kejayaan kosong mereka.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

No comments:

Post a Comment