Friday, September 14, 2018

Mazmur 119:80-88


Biarlah hatiku tulus dalam ketetapan-ketetapan-Mu. Sebelumnya ia rindu diberikan pengertian yang benar, sekarang ia memohon untuk afeksi yang tulus dari hati. Pengertian dan afeksi, adalah dua kemampuan jiwa manusia. Dua-duanya ia tunjukkan rusak dan korup, ketika ia memohon pengertiannya diterangi, dan hatinya dibentuk untuk taat pada Taurat. Ini adalah sangkalan terhadap semua ocehan para pengikut Paus tentang kehendak bebas. Sang nabi bukan hanya berdoa supaya Allah menolongnya karena ia lemah. Ia bersaksi, tanpa syarat, bahwa ketulusan hati adalah pemberian Roh Kudus. Kita diajar di sini, apa artinya sungguh-sungguh memelihara Taurat. Kebanyakan manusia membentuk hidup mereka secara sembarangan, oleh ketaatan yang di luar pada Taurat ilahi, dan mengira mereka tidak kekurangan apapun. Tetapi Roh Kudus menyatakan, tidak ada ibadah yang diterima Allah, kecuali yang keluar dari hati yang berintegritas.

Sebab aku telah menjadi seperti kirbat yang diasapi, namun ketetapan-ketetapan-Mu tidak kulupakan. Maksud sang Pemazmur adalah mengajar kita, meski ia diuji oleh pencobaan, dan dilukai secara fatal, ia tidak meninggalkan takut pada Allah. Dengan kirbat ia memaksudkan, ia dikeringkan oleh panas yang terus-menerus dari kesulitan-kesulitan. Kesengsaraannya pastilah demikian intens sehingga ia menjadi seperti botol yang menyusut karena kekeringan, begitu lemah dan mengibakan. Ia juga memaksudkan, bukan saja penderitaannya berat, namun juga berlanjut – ia disiksa, seperti oleh api yang lama, seperti asap mengeringkan kulit perlahan-lahan. Sang nabi mengalami satu seri kedukaan, yang akan menghabisinya seratus kali, oleh periodenya yang lama dan berlanjut, jika ia tidak ditopang oleh Firman Allah. Inilah tanda kesalehan sejati, yaitu ketika dalam penderitaan terdalam, kita tidak berhenti berserah pada Allah.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

No comments:

Post a Comment