Tuesday, September 25, 2018

Mazmur 120


Cukup lama aku tinggal bersama-sama dengan orang-orang yang membenci perdamaian.  Aku ini suka perdamaian. Sang Pemazmur tanpa pengumpamaan menunjuk dengan jarinya pada orang-orang yang ia sebut sebelumnya sebagai Mesekh dan Kedar. Mereka adalah orang-orang Israel yang tidak jujur, yang adalah keturunan bapa-bapa kudus, tetapi yang lebih suka memakai topeng orang Israel daripada menjadi benih sejati Israel. Ia menyebut mereka pembenci perdamaian, karena mereka dengan sengaja, dan maksud jahat, menyatakan perang terhadap orang yang baik dan tidak menyakiti mereka. Ia menambahkan segera, bahwa hatinya sendiri sangat condong kepada perdamaian, ia sepenuhnya menujukan dirinya pada perdamaian, dan telah mencoba segala cara untuk memenangkan hati mereka, tetapi kekejaman hati mereka yang tidak dapat dipuaskan, mendorong mereka untuk bertindak jahat padanya tanpa kecuali.

Aku ini suka perdamaian. Artinya adalah ia tidak merugikan atau menyakiti mereka, tidak ada alasan bagi kebencian mereka. Dari pihaknya selalu damai. Bahkan lebih jauh lagi, ketika ia melihat mereka penuh kebencian padanya, ia berusaha untuk menenangkan mereka, dan membuat mereka mengerti dengan baik. Berbicara maksudnya menawarkan perdamaian dengan jiwa yang lemah lembut, atau bagaimana rekonsiliasi bisa dicapai. Namun kesombongan musuh-musuh Daud demikian haus darah dan brutal, sehingga berbicara dengannya pun mereka tidak sudi – dengan orang yang hanya layak menerima kebaikan dari tangan mereka, dan yang tidak pernah merugikan mereka. Teladannya mengajar kita, tidak cukup bagi orang beriman hanya tidak menyakiti orang lain. Orang beriman harus belajar untuk menarik mereka dengan kelembutan, dan melembutkan mereka kepada niat baik. Jika penguasaan diri dan kebaikan mereka ditolak, biarlah orang beriman menunggu dengan sabar, hingga Allah akhirnya menunjukkan diri-Nya dari surga sebagai pelindung mereka. Namun biarlah kita ingat, jika Allah tidak segera mengulurkan tangan-Nya bagi kita, kewajiban kita adalah menanggung kelelahan dalam penundaan yang panjang, seperti Daud, yang bersyukur dalam Mazmur ini untuk pertolongan Allah, namun juga meratapi penindasan yang musuh-musuhnya letakkan atasnya.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

No comments:

Post a Comment