Monday, October 1, 2018

Mazmur 125


Tongkat kerajaan orang fasik tidak akan tinggal tetap di atas tanah yang diundikan kepada orang-orang benar, supaya orang-orang benar tidak mengulurkan tangannya kepada kejahatan. Kalimat ini seperti sebuah koreksi bagi kalimat sebelumnya, di mana sang Pemazmur mengatakan, tangan Allah diulurkan pada segala sisi untuk membela Gereja-Nya. Kita condong menarik janji-janji Ilahi bagi keuntungan pribadi kita, yaitu dengan cara menafsirkan kalimat itu sebagai jaminan kita dikecualikan dari segala masalah. Maka kita diperingatkan bahwa perlindungan Allah tidak mencegah kita dari kadang dilatih dengan salib dan penderitaan. Orang beriman tidak seharusnya mengharapkan hidup yang enteng dan mudah dalam hidup mereka. Adalah cukup bahwa mereka tidak diabaikan Allah ketika mereka memerlukan pertolongan-Nya. Memang benar, Bapa surgawi mereka sangat mengasihi mereka, tetapi Ia mau mereka disadarkan oleh salib, supaya jangan mereka memberi terlalu banyak kesenangan karnal pada diri mereka. Jika kita merangkul doktrin ini, meski terjadi bahwa kita ditindas tirani jahat, kita dengan sabar akan menunggu sampai Allah entah mematahkan tongkat kerajaan mereka, atau menggoyangkannya hingga lepas dari tangan mereka. Memang menyaksikan orang jahat melaksanakan kekejaman dalam warisan dari Tuhan, dan orang beriman terbaring di bawah kaki mereka, adalah pencobaan yang berat. Namun Allah bukan tanpa sebab merendahkan umat-Nya, sehingga mereka dapat menghibur diri mereka dengan perenungan dalam ayat ini.

Dari kesediaan-Nya menanggung kelemahan kita, Allah meringankan kesulitan kita. Maka, meski kita tidak memiliki kecukupan kekuatan dan ketetapan dalam diri kita untuk bertahan dalam kewajiban kita untuk sekejap mata pun, namun biarlah kepercayaan ini hadir dalam batin kita: Allah akan mengurus sehingga seberapapun penderitaan mematahkan kita, namun kita tidak akan meninggalkan ibadah pada-Nya.

Dengan tepat Tuhan membatasi pencobaan-pencobaan kita, sebab Ia tahu kita terlalu lemah untuk menahannya.
Betapapun kuatnya takut akan Allah ada dalam hati kita, biarlah kita ingat, kita tidak memiliki cukup kekuatan untuk bertahan sampai pada akhirnya, kecuali jika Tuhan memperhatikan kelemahan kita.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

No comments:

Post a Comment