Friday, October 5, 2018

Mazmur 127:3-5


Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN, dan buah kandungan adalah suatu upah. Anak-anak bukanlah akibat dari kebetulan, melainkan Allah membagikan pada setiap orang bagian mereka menurut apa yang Ia pandang baik. Dari pengulangan sang nabi, kita mengerti bahwa milik pusaka dan upah artinya sama. Kedua istilah ini diperlawankan terhadap keberuntungan, atau kekuatan manusia. Semakin kuat seseorang, nampaknya semakin mungkin ia memiliki anak. Salomo menegaskan kebalikannya, yaitu orang-orang yang menjadi ayah adalah orang-orang yang Allah berikan kehormatan tersebut.

Kebanyakan anak-anak bukan merupakan sumber sukacita bagi orang tua mereka, maka ditambahkan karunia Allah yang kedua, yaitu Ia membentuk batin anak-anak dan menghiasinya dengan sifat yang baik, dan berbagai jenis kebajikan. Pengumpamaan yang disebutkan di sini adalah, seperti seorang pemanah dipersenjatai dengan busur yang lengkap, orang-orang dilindungi oleh anak-anak mereka, seperti oleh busur dan panah. Orang-orang yang tidak memiliki anak seperti tak bersenjata, sebab bukankah orang yang tanpa anak itu sendirian? Bukan pemberian kecil dari Allah bagi manusia, jika ia mendapatkan pembaruan dalam keturunannya, sebab Allah memberinya kekuatan baru, sehingga orang yang tadinya akan segera membusuk, dapat mulai hidup seperti untuk kedua kalinya.
Pengenalan doktrin ini sangat berguna. Kesuburan hewan yang lebih rendah pun diperhitungkan dari Allah saja. Jika Ia menyatakan sebagai berkat-Nya ketika sapi dan domba dan kuda mengandung, betapa tak dapat dimaafkannya ketidaksalehan manusia yang dihormati dengan gelar ayah, jika mereka menganggap karunia ini bukan apa-apa. Selain itu, kecuali manusia menganggap anak-anak mereka sebagai pemberian Allah, mereka sembarangan dan berlambat-lambat dalam menyediakan kebutuhan mereka. Doktrin ini membuat sumbangsih besar dalam mendorong mereka membesarkan keturunan mereka. Seseorang yang merenungkan kebaikan Allah dalam pemberian-Nya berupa anak-anak, akan dengan bersiap dan batin yang tenang mencari kelanjutan karunia Allah; dan meski ia hanya memiliki sedikit warisan bagi mereka, ia tidak akan menjadi sembarangan dalam hal itu.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

No comments:

Post a Comment