Wednesday, October 10, 2018

Mazmur 132:1-11

 

Bagaimana ia telah bersumpah kepada TUHAN, telah bernazar kepada Yang Mahakuat dari Yakub. Sambil berdiam dalam rumahnya, atau berbaring di tempat tidurnya, Daud dipenuhi keprihatinan dan kegelisahan, hingga ia mendapatkan berita mengenai tempat yang ditetapkan bagi Tabut Perjanjian. Mengenai sumpah itu sendiri, bagian ini atau bagian lain tidak membenarkan sangkaan para pengikut paus, bahwa Allah berkenan pada sumpah apapun yang diucapkan, tanpa memperhatikan natur sumpah tersebut. Bersumpah pada Allah yang isinya telah Ia sendiri nyatakan menyenangkan hati-Nya, adalah suatu hal yang layak dipuji. Tetapi sombong sekali untuk mengatakan bahwa kita akan segera membuat sumpah yang sesuai dengan keinginan daging kita. Hal yang utama adalah memikirkan, apa yang diperkenan kehendak-Nya. Jika tidak, kita mungkin merampok apa yang merupakan hak utama-Nya, sebab bagi Allah “ketaatan lebih baik daripada korban persembahan” (1 Sam. 15:22).

Mari kita pergi ke kediaman-Nya, sujud menyembah pada tumpuan kaki-Nya. Di satu sisi, adalah takhayul jika kita kira Allah terikat pada Bait. Di sisi lain, simbol-simbol eksternal bukannya tidak berguna di dalam Gereja. Singkatnya, kita harus memperbaiki sarana yang menolong iman kita, tetapi kita tidak bersandar pada sarana itu. Sementara Allah tinggal di surga, dan berada di atas segala langit, kita harus menggunakan segala pertolongan yang ada untuk mencapai pengetahuan tentang-Nya. Dengan Ia memberikan simbol-simbol kehadiran-Nya, Ia seperti menjejakkan kaki-Nya di bumi, dan membiarkan kita menyentuhnya. Demikianlah Roh Kudus turun untuk kepentingan kita, dan sambil mengakomodir kelemahan kita, menaikkan pikiran kita kepada hal-hal surgawi dan ilahi oleh elemen-elemen dunia ini.

Biarlah imam-imam-Mu berpakaian kebenaran. Dikatakan Allah memakaikan keadilan pada kita ketika Ia tampil sebagai Juruselamat dan pertolongan kita, melindungi kita oleh kuasa-Nya, dan menunjukkan dalam pemerintahan-Nya atas kita bahwa kita adalah sasaran kasih sayang-Nya. Sorak-sorai yang disebutkan merujuk kepada hidup penuh kebahagiaan. Para orang kudus Allah disebut orang-orang yang berbelas kasihan karena belas kasihan dan kemurahan hati adalah karunia yang membuat kita paling dekat kepada Allah.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

No comments:

Post a Comment