Sunday, October 14, 2018

Mazmur 135


Sesungguhnya aku tahu, bahwa TUHAN itu maha besar dan Tuhan kita itu melebihi segala allah. Di sini kuasa Allah digambarkan secara umum, untuk menunjukkan pada orang Israel bahwa Allah yang mereka sembah adalah Allah yang membuat dunia, dan memerintah di atas segala sesuatu sesuai kehendak-Nya, dan tidak ada allah lain yang setara dengan-Nya. Ketika ia mengatakan dirinya mengetahui kebesaran Allah, ia bukan mengecualikan orang-orang lain, melainkan mengambil pengalamannya sendiri untuk mendorong orang-orang untuk memperhatikan hal ini, supaya tersadar akan apa yang ada secara berlimpah-limpah dan begitu mudah diamati. Keagungan Allah tidak dapat dipahami seluruhnya oleh siapapun. Namun kemuliaan-Nya, sejauh Ia pandang baik, telah dinyatakan dengan cukup, sehingga di seluruh dunia, tidak satu orangpun memiliki alasan jika tidak menyadarinya. Bagaimana mungkin seseorang yang telah menikmati pemandangan langit dan bumi dapat menutup matanya sampai melewatkan Penciptanya, tanpa dianggap bersalah sebesar-besarnya? Dengan tujuan menggerakkan kita inilah, sang Pemazmur merujuk pada dirinya sendiri dalam mengundang kita pada pengetahuan akan kemuliaan Allah. Ia mengecam ketidakpedulian kita, yang tidak cukup lincah untuk merenungkannya.

Ya TUHAN, nama-Mu adalah untuk selama-lamanya. Kemarahan Allah terhadap umat-Nya hanya sementara saja, dan dalam membalaskan dosa-dosa mereka, Ia mengingat belas kasihan di tengah murka, seperti kata Habakuk (3:2). Allah digambarkan di sini seperti seorang manusia, yang menunjukkan afeksi seorang ayah, dan memulihkan anak-anaknya, meski mereka pantas untuk dibuang, namun ia tidak tega terpisah dari buah tubuhnya sendiri. Begitulah arti bagian ini. Allah memiliki belas kasihan bagi umat-Nya karena mereka adalah anak-anak-Nya. Ia tidak rela jika mereka dipisahkan dari-Nya, dan diri-Nya tanpa anak. Ia dapat diperdamaikan dengan mereka, karena mereka berharga bagi-Nya. Ia mengakui mereka sebagai keturunan-Nya, sehingga Ia memandang mereka dengan cinta kasih yang besar.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

No comments:

Post a Comment