Monday, October 15, 2018

Mazmur 136


Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Manusia mungkin tidak menyangkal kebaikan Ilahi sebagai sumber dan mata air segala berkat yang mereka terima. Tetapi kemurahan hati dari kelimpahan-Nya jauh sekali dari diakui sepenuhnya dan setulusnya, meski Alkitab sangat menekankannya. Paulus menyebutnya sebagai kemuliaan Allah (Rm. 3:23). Artinya, meski Allah patut dipuji karena segala karya-Nya, tetapi terutama kasih setia-Nyalah yang harus kita agungkan. Jelaslah dari catatan sejarah dalam Kitab Suci, bahwa berdasarkan ketentuan yang Daud turunkan dalam menyanyikan pujian Allah, kaum Lewi biasanya menyanyikan sebagai balasan, “sebab kasih setia-Nya ada selamanya.”

Dia yang mengingat kita dalam kerendahan kita. Sang Pemazmur menampilkan setiap jaman untuk menunjukkan kebaikan yang sama yang ditunjukkan pada nenek moyang mereka. Allah tidak pernah gagal menolong umat-Nya dengan pertolongan demi pertolongan. Kasih setia-Nya terbukti dengan lebih nyata, ketika Ia menolong pada waktu bangsa itu hampir ditenggelamkan bencana-bencana, daripada jika bangsa itu dijaga tetap berada dalam situasi yang sama, dengan jalannya yang datar-datar saja. Di dalam situasi darurat ada sesuatu yang membangkitkan perhatian dan menangkap pandangan mata orang. Selain itu, dalam semua pertolongan yang Allah berikan pada umat-Nya, ada pengampunan dosa bagi mereka.

Pada akhir Mazmur ini, ia membicarakan providensia kebapakan Allah, bukan hanya bagi seluruh umat manusia, tetapi bagi semua makhluk hidup. Kita tidak perlu terkejut bahwa Ia tetap menjadi seorang Bapa yang baik dan penuh pemeliharaan bagi umat-Nya, ketika Ia membungkuk untuk memperhatikan ternak, keledai, dan gagak, dan burung pipit. Manusia jauh lebih berharga daripada hewan liar, dan juga ada perbedaan besar antara sebagian manusia dari yang lain, meski bukan dalam hal jasa baik mereka, melainkan hak istimewa dari adopsi Ilahi. Sang Pemazmur sedang membangun argumennya dari yang kecil sampai ke yang besar, dan menajamkan kasih setia Allah yang tak terbandingkan, jauh lebih tinggi, yang Ia tunjukkan pada anak-anak-Nya sendiri.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

No comments:

Post a Comment