Saturday, October 20, 2018

Mazmur 139:17-24


Apabila aku berhenti, masih saja aku bersama-sama Engkau. Arti perkataan Daud adalah, pemerintahan providensial Allah atas dunia ini sedemikian sehingga tidak ada yang dapat melewati-Nya, juga pikiran yang terdalam. Dan meski banyak orang menerjunkan diri mereka dengan mabuk kepayang ke dalam segala kejahatan yang melimpah-limpah, karena mereka kira Allah tidak akan menemukan mereka, sia-sia saja mereka bersembunyi, karena mereka akan diseret keluar ke dalam terang. Kebenaran ini sebaiknya kita renungkan lebih daripada kebiasaan kita. Sesekali kita memandang tangan dan kaki kita, dan kadang dengan puas memperhatikan keanggunan bentuk kita, hampir tidak ada satu dari seratus orang yang ingat akan Penciptanya. Atau jika ada yang menyadari bahwa hidupnya berasal dari Allah, tidak ada satupun yang sampai kepada kebenaran yang agung, bahwa Ia yang membentuk telinga, dan mata, dan hati yang penuh pengertian, dengan sendirinya mendengar, melihat dan mengetahui segala sesuatu.

Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal! Daud bersikeras bahwa satu-satunya penyebab mengapa ia menentang para penghina Allah, adalah karena ia sendiri adalah penyembah sejati Allah, dan ingin supaya orang-orang lain memiliki karakter yang sama. Bahwa ia dengan berani menyerahkan dirinya untuk dihakimi Allah, menunjukkan keyakinan yang tidak biasa. Tetapi karena ia sadar sepenuhnya akan ketulusan ibadahnya, bukan tanpa alasan ia menempatkan dirinya dengan yakin di hadapan penghakiman Allah. Kita juga jangan berpikir bahwa ia mengklaim dirinya bebas dari segala dosa; ia mengerang di bawah beban pelanggarannya. Dalam segala yang para orang kudus katakan mengenai integritas mereka, mereka tetap bersandar hanya pada anugerah yang cuma-cuma. Karena mereka yakin bahwa kesalehan mereka diperkenan Allah, tanpa memperhitungkan kejatuhan dan kelemahan mereka, kita tidak perlu heran jika mereka merasa bebas membedakan diri mereka dari orang fasik. Ia menyangkal bahwa hatinya mendua atau tidak tulus, ia bukan mengaku bebas dari segala dosa, melainkan hanya bahwa ia tidak memiliki devosi pada kefasikan.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

No comments:

Post a Comment