Sunday, October 21, 2018

Mazmur 140


Aku berkata kepada TUHAN: "Allahku Engkau, berilah telinga, ya TUHAN, kepada suara permohonanku!" Dengan kata-kata ini, Daud menunjukkan bahwa doa-doanya bukan sekedar doa dari bibir, seperti orang munafik yang membuat permohonan kepada Allah dengan suara lantang demi sekedar dilihat orang. Ia berdoa dengan kesungguhan, dan dari satu prinsip tersembunyi tentang iman. Sampai kita memiliki keyakinan diselamatkan oleh anugerah Allah, tidak mungkin ada doa yang tulus. Di sini ada sebuah ilustrasi yang baik mengenai natur iman, ketika sang Pemazmur menutupi dirinya dari pandangan manusia, supaya ia menghadap Allah secara terpisah, dan kemunafikan tidak diberi tempat dalam kegiatan dari hati ini. Inilah doa sejati. Bukan sekedar mengangkat suara, melainkan presentasi dari permohonan kita dari prinsip iman yang ada di dalam batin. Untuk memperoleh keyakinan bahwa Allah akan menjawab doa-doanya, ia mengingat kembali pertolongan-pertolongan yang Allah sudah berikan padanya. Ia menyebutkan Allah sebagai perisai dalam setiap waktu bahaya. Ada orang yang membaca kata-kata ini dalam bentuk futur: “akan menudungi kepalaku pada hari pertarungan senjata.” Tetapi jelas bahwa Daud membicarakan mengenai perlindungan yang sudah ia alami dari tangan Allah, dan dari sini memperoleh penghiburan bagi imannya. Ia maju, bukan sebagai pemula yang masih hijau dan belum dilatih, melainkan sebagai serdadu yang sudah kenyang pengalaman dalam pertarungan-pertarungan sebelumnya.

Aku tahu, bahwa TUHAN akan memberi keadilan kepada orang tertindas, dan membela perkara orang miskin. Tidak dipertanyakan lagi, Daud menutup doanya dengan mengarahkan pikiran dan pembicaraan pada penghakiman providensial Allah, sebab doa yang ragu-ragu bukanlah doa sama sekali. Ia menyatakan ini sebagai hal yang diketahui dan dipastikan, bahwa Allah tidak mungkin tidak menolong orang yang ditindas. Ia mungkin menunda sementara waktu, dan membiarkan orang yang baik dan lurus dicobai dengan berat, namun Daud memberikan bahan perenungan yang dapat menghadapi pencobaan ini, bahwa Allah melakukan itu dengan bijaksana, supaya Ia dapat menolong orang-orang dalam penderitaan, dan memulihkan orang-orang yang tertindas.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

No comments:

Post a Comment