Monday, October 22, 2018

Mazmur 141


Awasilah mulutku, ya TUHAN, berjagalah pada pintu bibirku! Bahkan orang-orang yang paling menguasai diri, jika disakiti tanpa sebab, kadang akan membalas dendam, karena bencinya mereka pada tingkah laku musuh mereka yang tidak patut. Daud menyerahkan dirinya pada bimbingan Allah, baik dalam pikiran maupun perkataan. Dengan itu ia mengakui, ia butuh kuasa Roh Kudus untuk mengatur lidah dan batinnya, terutama ketika ia digoda untuk menjadi marah karena kurang ajarnya lawannya. Di satu sisi, lidah dapat tergelincir dan terlalu cepat bicara, kecuali Allah terus menjaga dan mengawasinya. Di sisi lain, di dalam batin ada perasaan-perasaan yang kuat tetapi kacau, yang perlu dikekang. Hati manusia seperti suatu pabrik yang sangat sibuk, yang terus-menerus menghasilkan berbagai-bagai alat. Jika Allah tidak mengawasi hati dan lidah kita, pastilah tidak ada batasan dari kata-kata yang berdosa dan pikiran yang berdosa. Penguasaan diri dalam kata-kata adalah pemberian Roh yang sangat langka, sementara setan selalu membuat usulan-usulan yang mudah dan enak untuk diterima, kecuali Allah mencegahnya. Tidaklah absurd untuk mengatakan Allah mencondongkan hati pada kejahatan, sebab hati manusia berada dalam kuasa tangan-Nya, sehingga Ia dapat mengarahkannya ke mana saja Ia kehendaki. Bukan berarti bahwa Ia sendiri mendorong mereka kepada nafsu yang jahat. Melainkan menurut penilaian-Nya yang tersembunyi, Ia membiarkan orang jahat, dan dengan itu menyerahkan mereka kepada kekuasaan setan. Itulah yang dimaksud dengan Ia membutakan dan mengeraskan hati mereka. Kebersalahan dari dosa itu berada pada manusia itu sendiri, dan nafsu yang ada dalam mereka. Entah baik atau jahat, mereka dibawa oleh keinginan alamiah, maka bukan dorongan eksternal yang membuat mereka mengarah kepada yang jahat, melainkan secara spontan dan dari kerusakan mereka sendiri.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

No comments:

Post a Comment